Berkompetisi
SATUHARAPAN.COM - Kompetisi adalah bagian dari kehidupan di dunia ini. Bahkan kita datang ke dunia pun setelah melewati sebuah “kompetisi”. Maka berkompetisi itu wajar-wajar saja; dalam olah raga, politik, bisnis, juga pendidikan. Yang bisa jadi masalah adalah cara kita berkompetisi; apakah dengan jujur dan adil, ataukah dengan menghalalkan segala cara — menebar fitnah dan hoax, menabur dusta dan pembodohan —sekadar untuk mendapatkan hasil yang diinginkan?!
Ini terjadi di turnamen tenis Piala Hopman di Perth, Australia, Januari 2016. Bertanding antara Jack Sock (Amerika) dan Lleyton Hewitt (Australia). Dalam kedudukan 4-5. Servis pertama Hewitt dinyatakan keluar oleh hakim garis. Hewitt pun bersiap hendak melakukan servis keduanya. Tapi tahu-tahu Sock berkata, "Servismu itu masuk, coba saja challenge."
Hewitt agak terperangah. Tapi ia mengikuti juga saran Sock men-challenge servisnya yang keluar. Dari tayangan ulang bola ternyata memang masuk, persis di garis. Sontak penonton bertepuk tangan. Hewitt akhirnya memenangkan pertandingan itu dua set langsung 7-5 dan 6-4, tapi Sock memenangkan hati penonton; bukan hanya yang berada di stadion, tapi di seluruh dunia.
Begitulah orang yang berkompetisi dengan jujur dan adil. Ia tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan lawannya. Ia tidak akan melanggar moralitas dan melacurkan intelektualitasnya sekadar demi mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebab baginya hasil bukanlah satu-satunya aspek penting dalam berkompetisi. Ada yang bahkan jauh lebih penting: kehormatan!
Editor: Tjhia Yen Nie
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...