Bersyukurlah atas Penyertaan Tuhan dalam Perspektif yang Berbeda
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Doni Setiawan menyampaikan kotbah dan pesan kepada Jemaat HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin untuk tetap berjuang, menikmati berkat Tuhan, menghayati sebagai kesempatan memperjuangkan kebenaran Tuhan, dan bersyukur atas penyertaan Tuhan dalam perspektif yang berbeda.
Sekitar 100 orang jemaat HKBP Filadelfia Bekasi dan GKI Yasmin Bogor, di hari Oikoumene dan ulangtahun PGI ke 64, minggu (25/5), kembali beribadah di seberang istana Merdeka, yang dipimpin oleh Pendeta Doni Setiawan dari GKJ Tuntang Timur, Semarang. Di terik matahari ini Pendeta Doni bersyukur bisa bersama-sama dan beribadah dengan jemaat yang tengah berjuang untuk kebebasan beragama.
Berikut adalah ringkasan kotbah yang secara khusus dipersiapkan, dan disampaikan di depan jemaat HKBP Filadelfia Bekasi dan GKI Yasmin Bogor, yang terambil dari perikop Kisah Rasul 17 yang menceritakan pengalaman iman Rasul Paulus dalam melayani jemaatnya:
Hayatilah kesempatan memperjuangkan kebenaran Tuhan, dan bersyukurlah
Pengalaman Paulus dalam perjalanan mewartakan kabar sukacita di Tesalonika, di Efesus, di Athena berjumpa dengan pengalaman yang menarik. Paulus menghadapi pengalaman melayani sakit penyakit, penolakan, Ilah-ilah lain, intimidasi, dan konspirasi jahat, pengalaman itu yang dirasakan Paulus, namun dibaliknya dia menghayati itulah kehendak Tuhan. Paulus menghayati betapa Tuhan menyertai.
Di Tesalonika ada konspirasi jahat, Di efesus ada upaya menyingkirkan Paulus dan kawan-kawan, dan di Athena Paulus menjumpai penyembahan-penyembahan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Melakukan kehendak baik bukanlah perkara yang enteng, yang mudah.
Memperjuangkan kebenaran, tidak akan selalu melewati jalan penuh bunga, dan puisi yang indah, tetap harus merasakan pengalaman berat. Bila jemaat dari HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin, selama dua tahun, ini dalam rangka perjuangan penghayatan kebenaraan yang dirasakan, maka pengalaman Rasul Paulus menginspirasi jemaat dan kita semua. Bahwa perjuangan Paulus, itu juga membuat Paulus menjumpai sesuatu yang tidak menyenangkan.
Mari kita berjuang, yang pertama-tama karena kita yakini apa yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan. Dalam bahasa jawa ada kata weling yang memiliki makna lebih dalam dari kata pesan. Weling saya adalah, jangan sampai perjuangan ini demi untuk diri sendiri. Jangan sampai hanya untuk kemenangan kita semata.
Kebenaran Kristus, kebenaran Ilahi, dan kebenaran kebersamaan yang perlu diperjuangkan, kalau kita terjerembab pada sebuah pemahaman, aku berjuang untuk aku, itulah yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Paulus yang berjuang, Paulus kuat, karena Paulus melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki. Paulus menghayati bersama Tuhan.
Panas dan terik matahari seberang Istana, bukanlah hal yang berat. Saya dan bapak Ibu juga menghayatinya, Tuhan tidak akan membuat kita menderita dengan terik matahari, kita justru merasakan kebersamaan, dan juga penyertaan Tuhan.
Mari kita menghayati penyertaan Tuhan, kita lakukan apa yang menjadi keyakinan bahwa apa yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan, sama seperti apa yang dilakukan Paulus di Athena dan berkata, "Allah yang tidak kamu kenal, itu lah yang aku beritakan".
Hal ini sama seperti ketika banyak orang mencoba mengerti perjuangan ibadah di seberang Istana ini, bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan disini. Kita semua yang berada di ibadah ini merasakan bahwa inilah cara menghayati penyertaan Tuhan, inilah bukti konkrit penyertaan Tuhan bagi kita semua.
Pengalaman Paulus kiranya menginspirasi kita, bahwa tantangan kehidupan dalam melaksanakan kehendak Tuhan adalah sesuatu yang kekal. Dari pengalaman Paulus di Tesalonika, di Berea, ada konspirasi jahat, ada orang-orang yang menghendaki berita sukacita tidak sampai, lalu terusirlah Paulus. Di dalam kehidupan gereja juga terjadi hal yang sama.
Gereja seringkali ada banyak konspirasi jahat, dan lagi gereja menjadi komunitas yang sulit mengampuni, walaupun memakai atribut dan bahasa rohani, tetapi seringkali tak mampu melaksanakan pengampunan itu.
Apapun yang tengah dialami jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, adalah sedang menikmati berkat Tuhan dalam sudut pandang yang berbeda, apa yang kita alami adalah kesempatan untuk menghayati pertolongan Tuhan, untuk mengalami pengalami pengalaman rasul Paulus.
Kalau kita tidak pernah melaksanakan kehendak Tuhan, kita tidak akan menghayati penyertaan Tuhan. Hidup ini adalah bersama-sama merasakan berkat Tuhan dan berbagi kehidupan.
Penyertaan Tuhan itu benar-benar indah, namun orang kristen sekarang terjebak pada materialisme, oleh angka-angka, oleh peraturan-peraturan yang di dalamnya kita jadi sulit untuk menghayati berkat Tuhan. Termasuk meragukan adakah mujijat di ibadah seberang Istana dalam memperjuangkan kebebasan beragama di Indonesia?
Waktu Tuhan berbeda dengan kita, seperti cerita orang-orang berjalan ke Emaus, yang berjalan hampir sepanjang malam, ketika berbagi kehidupan barulah Yesus dikenal. Waktu Tuhan berbeda dengan waktu kita. Penyertaan Tuhan dalam kehidupan itu luar biasa, juga pengalaman beribadah di seberang Istana dalam panas dan guyuran hujan, sungguh menjadi pengalaman yang luar biasa.
Ibadah seberang istana adalah arena untuk mengalami penyertaan Tuhan yang tidak dapat dialami ditempat lain. Seharusnya semakin banyak jemaat yang datang bergabung, dan menceritakan sebagai kesempatan untuk menghayati pengalaman dalam perspektif yang berbeda.
Bahkan seandainya gedung gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia telah dibuka, jadikanlah pengalaman kita ini menjadi pengalaman yang memperkaya, dan jadikan sebagai weling, pertahankan ini, jadikanlah sebagai pengalaman perjuangan dalam durasi dan penghayatan penyertaan Tuhan dalam perspektif yang berbeda.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...