Bertambah Jadi 23 Orang Korban Letusan Gunung Marap di Sumatera Barat
PADANG, SATUHARAPAN.COM-Tim penyelamat yang melakukan pencarian di lereng berbahaya gunung berapi Gunung Marapi di Sumatera Barat menemukan lebih banyak mayat di antara para pendaki yang terjebak dalam letusan mendadak dua hari lalu, sehingga menambah jumlah korban terkonfirmasi dan diperkirakan tewas menjadi 23 orang.
Lebih dari 50 pendaki berhasil diselamatkan setelah letusan awal pada hari Minggu, dan 11 lainnya dipastikan tewas. Letusan lainnya pada hari Senin memuntahkan semburan abu panas baru setinggi 800 meter (2.620 kaki) ke udara dan menghentikan sementara operasi pencarian.
Jenazah terbaru ditemukan tidak terlalu jauh dari lokasi letusan, diperkirakan hanya beberapa meter jauhnya, kata Edi Mardianto, Wakil Kapolda Provinsi Sumatera Barat. Lima jenazah pendaki telah ditemukan, dan 18 orang diduga tewas karena berada dekat dengan letusan gas panas dan abu.
“Sisanya yang ingin kami evakuasi berjumlah 18 orang dan kami perkirakan mereka sudah tidak hidup lagi. Tim akan melakukan evakuasi dan membawa ke rumah sakit besok atau hari ini untuk diidentifikasi,” kata Mardianto, hari Selasa (5/12).
Tim penyelamat harus menghadapi cuaca buruk dan kendala medan, karena angin kencang membawa panas dari letusan.
Sebuah video yang dirilis Badan Pencarian dan Pertolongan Sumatera Barat menunjukkan tim penyelamat mengevakuasi seorang pendaki yang terluka dengan tandu turun gunung dan masuk ke dalam ambulans yang menunggu untuk dibawa ke rumah sakit.
Marapi berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi ketiga dari empat tingkat kewaspadaan sejak tahun 2011, tingkat yang menunjukkan aktivitas gunung berapi di atas normal, sehingga melarang pendaki dan penduduk desa berada dalam jarak tiga kilometer (1,8 mil) dari puncak, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia.
Pendaki hanya diperbolehkan berada di bawah zona bahaya dan harus mendaftar di dua posko atau secara online. Namun, pejabat setempat mengakui banyak orang mungkin telah mendaki lebih tinggi dari yang diizinkan dan penduduk juga mungkin berada di daerah tersebut, sehingga jumlah orang yang terdampar akibat letusan tidak dapat dipastikan.
Marapi memuntahkan kolom abu tebal setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) pada letusan hari Minggu dan awan abu panas menyebar hingga beberapa kilometer (mil). Desa-desa dan kota-kota terdekat diselimuti oleh berton-ton puing vulkanik yang menghalangi sinar matahari, dan pihak berwenang merekomendasikan masyarakat untuk memakai masker dan kacamata jika memungkinkan untuk melindungi diri dari abu.
Sekitar 1.400 orang tinggal di lereng Marapi di Rubai dan Gobah Cumantiang, desa terdekat sekitar lima hingga enam kilometer dari puncak.
Marapi dikenal memiliki letusan mendadak yang sulit dideteksi karena sumbernya dangkal dan dekat puncak, serta letusannya tidak disebabkan oleh pergerakan magma dalam, yang memicu getaran yang tercatat pada monitor seismik.
Marapi telah aktif sejak letusan bulan Januari yang tidak menimbulkan korban jiwa. Gunung ini termasuk di antara lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia, yang rentan terhadap gejolak seismik karena lokasinya di “Cincin Api” Pasifik, yaitu busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Cekungan Pasifik. (dengan AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...