Beruang Madu, Maskot Kota Balikpapan
SATUHARAPAN.COM – Beruang madu (Helarctos malayanus), mengutip dari beruangmadu.org, adalah spesies beruang terkecil di dunia, dan salah satu yang paling sedikit dipelajari. Satwa ini mendiami hutan tropis Asia Tenggara, mulai dari ujung timur India, Bangladesh, hingga Burma, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, di Sumatera dan Kalimantan.
Beruang madu, mengutip dari jurnal.ugm.ac.id, merupakan fauna Kalimantan, termasuk salah satu keanekaragaman hayati yang dilindungi. Penelitian beruang madu di alam bebas belum pernah ada, sehingga beruang madu termasuk dalam data deficient dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List).
Beruang yang terkenal dengan keahlian memanjat ini memiliki bentuk kaki depan menghadap ke dalam. Tak mengherankan jika bentuk inilah yang memudahkannya mencengkeram batang pohon untuk memanjat.
Pada tahun 1997, mengutip dari beruangmadu.org, Gabriella Fredriksson, peneliti asal Belanda, memulai penelitian jangka panjangnya pada beruang madu di Hutan Lindung Sungai Wain, 15 km dari Kota Balikpapan. Kawasan itu merupakan rumah bagi sekitar 50-100 beruang madu liar. Penelitian Gabriella dan upaya konservasinya yang menghasilkan publisitas dan perhatian, terfokus pada beruang madu.
Mulai tahun 2002 beruang madu dijadikan maskot Balikpapan, yang diresmikan berdasarkan SK Wali Kota Balikpapan No 04 Tahun 2005 tentang Maskot Kota Balikpapan. Balikpapan juga menjadi tempat konservasi untuk binatang langka ini. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di Hutan Lindung Sungai Wain.
Morfologi Beruang Madu
Beruang madu, di antara famili Ursidae lainnya, mengutip dari digilib.unila.ac.id, adalah beruang terkecil di dunia. Beratnya 27 sampai 65 kg, dengan berat rata-rata mencapai 46 kg. Tinggi satwa ini hanya mencapai 70 cm pada bahunya, dan sekitar 100 cm sampai 140 cm jika dihitung dari kepala hingga kaki.
Sementara data dari getborneo.com menyebutkan beruang madu dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 1-1,5 meter. Beruang madu jantan Kalimantan mencapai berat 75 kilogram, sedangkan yang betina memiliki bobot sedikit lebih ringan.
Beruang madu memiliki tubuh seluruhnya berwarna hitam kecuali mulut dan bagian atas dada yang berwarnaputih kecokelatan yang melebar hingga kebagian mata. Mata dan telinganya kecil.
Di bagian kepala dan belakang telinga terdapat bulu-bulu yang berbentuk seperti lingkaran. Ciri khas beruang madu yang terlihat yaitu adanya bercak putih atau kuning berbentuk huruf U di bagian atas dada. Bercak dada biasanya mencolok, tetapi kadang sangat samar.
Beruang madu memiliki ekor yang pendek, telapak kaki lebar, kuku yang panjang dan bengkok. Rambut beruang madu dewasa berwarna hitam pekat dan memiliki lapisan rambut berwarna terang di bawahnya, sedangkan pada bagian mulutnya berwarna oranye, abu-abu, dan keperakan.
Beruang madu tidak mempunyai musim kawin. Perkawinan dilakukan sewaktu-waktu, terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lamamengandung beruang betina 95-96 hari. Anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan.
Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan, tempat perlindungan bagi bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu diduga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri.
Howard Youth dalam bukunya, Sun Bear . ZooGoer 28(2) : 192-193 (1999), menyebutkan beruang madu adalah binatang pemakan apa saja di hutan (omnivora). Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnya.
Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak. Setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh, sehingga beruang madu mempunyai peran sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar, seperti cempedak, lahung, kerantungan, dan banyak jenis lain.
Beruang madu dapat hidup pada berbagai tipe habitat yang berbeda. Terdapat di kawasan hutan yang luas dan kadang memasuki kebun-kebun di daerah-daerah yang terpencil. Biasanya tidur dan istrahat di siang hari di atas pohon dengan tinggi 2 sampai 7 meter dari permukaan tanah. Hewan ini tidak melakukan hibernasi.
RM Nowak dan JL Paradiso dalam buku Mammals of the World 4th Edition, Volume II (The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London, 1983) menyebutkan makanan utama beruang madu berupa vertebrata kecil, madu, rayap, buah-buahan, dan umbut pohon kelapa. Satwa ini memiliki kebiasaan mengelupas kulit kayu untuk mendapatkan larva serangga.
J Payne dan M Andau, dalam buku berjudul Large Mammals in Sabah. The state of nature conservation in Malaysia (R. Kiew, ed.), (Malayan Nature Society, United Selangor Press, Kuala Lumpur, Malaysia, 1991), menyatakan di Sabah dan Kalimantan beruang madu dominan hidup di hutan dipterocarp, namun juga dapat ditemukan di pegunungan rendah dan hutan rawa.
Azwar dan kawan-kawan, dalam laporan berjudul “Survey Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) pada Hutan Rawa Gambut di Area Mawas, Propinsi Kalimantan Tengah” (2004), menyebutkan di Kalimantan Tengah beruang madu juga ditemukan di habitat rawa gambut hutan sekunder.
Beruang madu, menurut Wikipedia, aktif di malam hari atau disebut juga dengan makhluk nocturnal. Satwa ini menghabiskan waktu di tanah dan memanjat pepohonan untuk mencari makanan. Kecuali betina dengan anaknya, beruang madu umumnya bersifat soliter.
Mereka tidak berhibernasi sebagaimana spesies beruang lain karena sumber pakannya tersedia sepanjang tahun. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya. Perilaku beruang madu yakni menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan tropis.
Beruang madu juga sangat berperan dalam meregenerasi hutan sebagai penyebar biji buah-buahan, dan terkenal sebagai pemanjat pohon yang ulung. Sifatnya pemalu, hidup penyendiri, juga aktif di siang hari dengan kebutuhan wilayah jelajah yang luas.
Beruang madu kalimantan sun bear atau malayan sun bear, mengutip dari getborneo.com, memiliki nama Latin Helarctos malayanus. Nama sun bear atau malayan sun bear diambil dari bentuk tanda di dada dan sekitar leher dari beruang ini, yang menyerupai matahari terbit.
Konservasi
Menurut Wikipedia, beruang madu telah dikategorikan sebagai binatang yang mudah diserang dan terancam kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perusakan habitat yang berlangsung terus-menerus.
Ancaman terbesar bagi beruang madu memang semakin hilangnya habitat yang berupa hutan hujan tropis, termasuk di antaranya fragmentasi hutan dan degradasi hutan yang disebabkan oleh perilaku manusia berupa pembalakan hutan secara liar serta penebangan hutan untuk keperluan perkebunan karet, kelapa sawit, serta kopi.
Ancaman lain bagi beruang madu adalah perburuan, baik di kawasan perlindungan maupun di luar kawasan perlindungan. Bagian tubuh beruang madu seperti katung empedu serta cairannya banyak diperdagangkan secara gelap untuk memenuhi permintaan pasar pengobatan tradisional.
Konflik yang terjadi antara manusia dan beruang madu terkait dengan perusakan wilayah pertanian juga merupakan ancaman bagi beruang jenis ini. Bencana alam seperti kebakaran hutan turut memengaruhi kelangsungan hidup beruang madu karena berhubungan erat dengan kelestarian habitat serta ketersediaan makanan.
Konservasi beruang madu masih sangat jarang dilakukan. Beruang ini telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979, dan dinyatakan mereka tidak boleh diburu oleh siapa pun.
Beruang madu saat ini mendekati kepunahannya. Spesies beruang ini dilindungi dan merupakan satwa langka. Oleh IUCN Red List atau Daftar Merah IUCN atau dikenal juga dengan Red Data List, sun bear merupakan salah satu spesies yang masuk ke daftar Red Data List dengan status Vulnerable (Rentan).
Penelitian lebih lanjut mengenai beruang madu sedang dilakukan, khususnya tentang dasar-dasar biologis, ekologi, serta perilakunya. Konservasi beruang madu perlu difokuskan pada perlindungan terhadap habitat hutan, manajemen yang baik terhadap bidang perlindungan beruang madu, supremasi hukum yang tegas, terkait dengan pelanggaran terhadap perlindungan beruang madu, menghentikan perdagangan anggota tubuh beruang, serta mengurangi konflik antara manusia dan beruang madu di wilayah hutan.
Sri Ngabekti dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, mengamati upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan beruang madu adalah melalui konservasi. Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) atau dikenal dengan nama Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) beruang madu di Balikpapan, dinilai memiliki cara konservasi ex-situ yang terbaik di Asia.
Penelitiannya bertujuan mengkaji cara konservasi beruang madu di KWPLH Balikpapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik, ekologis, dan aspek sosial masyarakat, KWPLH beruang madu Balikpapan cukup baik sebagai habitat untuk konservasi beruang madu, sekaligus sebagai kawasan untuk pembelajaran lingkungan hidup. Cara konservasi itu layak digunakan sebagai model konservasi satwa liar yang lain.
Saran yang disampaikan adalah perluasan area enklosur beruang madu sesuai dengan daerah jelajahnya, sehingga diharapkan dapat bereproduksi secara normal. Dengan demikian keberhasilan konservasi secara ex-situ dapat dicapai.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...