Berubah Itu Sulit, Lalu...
”Jika Anda menginginkan hal baru, berhentilah melakukan hal lain.” (Peter Drucker)
SATUHARAPAN.COM – Jika ditanyakan kepada orang apakah mereka menginginkan perubahan, pasti banyak yang mengangkat tangan. Tetapi, jika ditanyakan apakah mereka sendiri mau berubah, semua tangan akan turun dengan teratur. Perubahan itu menakutkan!
Tak ada yang tak berubah dalam hidup ini kecuali perubahan itu sendiri. Sudah begitu seringnya kita dengar kalimat ini hingga mungkin terasa membosankan. Kita tahu pernyataan itu betul adanya. Kita pun sudah berkali-kali mengalami perubahan. Namun tetap saja, tiap kali perubahan hadir, kita gamang dibuatnya.
Sigmund Freud, Bapak Psikologi, mengatakan bahwa ada beberapa alasan utama mengapa orang enggan berubah. Salah satunya, karena terikat erat dengan apa yang telah dikenal. Saat ini kita menyebutnya sebagai comfort zone ’zona nyaman’. Perubahan akan membawa kepada sesuatu yang tidak dikenal, tidak bisa diukur, dan tidak selalu bisa dikendalikan. Melepaskan apa-apa yang telah dikenal dan membuat nyaman ibarat menanamkan diri sendiri ke suatu negeri tak dikenal, di mana bahasanya pun tak dipahami. Bagaimana mungkin bisa berkomunikasi? Dibutuhkan perjuangan untuk belajar menyesuaikan dan menempatkan diri dalam suasana baru. Dan hal itu bisa sangat melelahkan. Intinya: perubahan sering ingin dihindari karena ketakutan akan ketidaktahuan di seberang sana—fear of the unknown.
Jadi, apa yang bisa membuat orang berubah tanpa banyak penolakan?
Mari kita uraikan lebih dahulu alasan utama penolakan tadi menjadi beberapa alasan yang lebih spesifik: hilangnya kendali atas keadaan, ketidakpastian, kejutan, segala yang menjadi lain, keraguan akan kesanggupan dalam menyesuaikan diri, tuntutan baru untuk bekerja lebih keras, kekhawatiran akan terjadinya gelombang, pengalaman menjalani perubahan pada masa lalu, atau bahkan ancaman nyata pada situasi baru.
Untuk meminimalkan penolakan atas perubahan, sedapatnya kurangi semua ketidaktahuan dan ketidakpastian di atas sebelum menerapkan perubahan. Pastikan ada pandangan jauh ke depan mengenai apa yang akan dialami di seberang sana. Visi jauh ke depan mengapa perubahan itu akan membawa perbaikan. Jika visi cukup menginspirasi, kekhawatiran akan ketidakpastian akan menurun. Di sinil kemampuan storytelling akan amat membantu. Storytelling membuat orang termotivasi untuk mencapai suatu impian, bahkan ketika impian itu masih di awing-awang.
Kemudian, amat penting untuk mengidentifikasi semua detail tentang apa yang baru yang ada di seberang sana, demi mengurangi kebutuhan untuk tetap berada di zona nyaman. Komitmen untuk bekerja lebih keras juga akan diperoleh jika mereka—yang diharapkan berubah—melihat makna masa depan yang positif dari kerja keras mereka.
Untuk mengurangi gelombang, upayakan semua atau sebanyak mungkin potensi hambatan dipahami sedari awal. Jika ada ancaman nyata pada perubahan, pastikan juga bahwa ancaman telah diantisipasi dan dapat dimitigasi, dan diminimalkan dampak negatifnya.
Libatkan mereka—yang akan menjalani perubahan itu—dalam proses merancang perubahan, khususnya mereka yang berjiwa pemenang, yaitu mereka yang diperkirakan akan menjadi yang terdepan dalam menerima perubahan. Mekanisme yang akan dijalankan, dan peranti yang dibutuhkan, bagaimana memantau perubahan itu agar sungguh terjadi merupakan hal-hal yang esensial untuk disiapkan. Dan tentu pada akhir proses: rayakanlah keberhasilan perubahan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...