BI Lakukan Tiga Bauran Kebijakan Hadapi Pelemahan Rupiah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan, melemahnya nilai tukar rupiah yang saat ini sudah menembus angka Rp15.000 per dollar AS sama sekali tidak ada hubungannya dengan terjadi beberapa bencana di tanah air akhir-akhir ini. Namun lebih didominasi oleh dinamika faktor eksternal di luar negeri.
“Saya lihat kalau dominasi hari ini memang lebih mayoritas yang berasal terutama trigger-nya dari luar yang sangat dominan,” kata Sri Mulyani kepada wartawan usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/10) siang.
Menurut Sri Mulyani, sentimen yang kemarin adalah Italia yang angka defisitnya besar. Sekarang Italia, lanjut Menkeu, sudah punya komitmen untuk menurunkan defisit APBN-nya, sehingga dia menurunkan lagi, tapi kemudian muncul lagi sentimen yang lain, sentimen positif kemudian biasanya ditutup dengan sentimen yang negatif.
Tapi, lanjut Menkeu, mayoritas lebih dominannya adalah karena masalah eksternal. Meskipun demikian, Menkeu mengingatkan domestik kita, memang tetap harus waspada terutama pada neraca pembayaran, di mana impor Indonesia momentumnya masih perlu untuk dikendalikan secara baik.
Monitor Impor dan B-20
Mengenai langkah pemerintah dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah itu, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Bank Indonesia terus akan mengkomunikasikan mengenai nilai tukar ini, dengan melakukan langkah-langkah tiga bauran kebijakan.
“Bauran dari Bank Indonesia apakah itu berhubungan dengan suku bunga, apakah dengan makroprudensial, dan dengan policy mereka mengenai intervensi untuk menciptakan suatu perubahan yang bisa di-absorb dan di-adjust atau disesuaikan oleh perekonomian,” terang Menkeu.
Kalau dari sisi fiskal, Menkeu Sri Mulyani berjanji terus akan melaksanakan apa yang sudah diputuskan waktu itu, memonitor impor terutama untuk impor barang-barang konsumsi dan barang-barang yang sudah diproduksi dalam negeri.
“1.147 itu nanti kita akan lihat laporannya setiap minggu,” sambung Menkeu.
Untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang merupakan komponen impor yang besar, Sri Mulyani berharap B20 bisa mengurangi.
“Namun kita akan lihat kemarin akhir September justru terjadi kenaikan, dan kita akan lihat,” tegasnya. (Setkab)
Editor : Melki Pangaribuan
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...