BI Naikkan Kebutuhan Uang Jelang Lebaran 2019
SOLO, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia (BI) pada tahun ini menaikkan kebutuhan uang jelang Lebaran menjadi Rp5,4 triliun dari Rp5 triliun di tahun lalu.
"Kebutuhan uang ini untuk pelayanan penukaran uang selama Ramadhan dan Lebaran 2019," kata Kepala Tim Sistem Pembayaran, Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) BI Kantor Perwakilan Surakarta Bakti Artanta, Senin (29/4).
Ia mengatakan dari target Rp5 triliun, realisasi penukaran mencapai Rp5,233 triliun di tahun 2018. Artinya besaran EKU pada tahun ini naik 3,35 persen jika dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan data, dikatakannya, realisasi kebutuhan uang pada momentum Lebaran terus meningkat seiring dengan kenaikan kebutuhan masyarakat.
Ia mengatakan pada tahun 2013 dari estimasi kebutuhan uang (EKU) Rp2,20 triliun realisasinya Rp2,193 triliun, 2014 EKU naik menjadi Rp2,90 triliun dan realisasinya Rp2,925 triliun.
Selanjutnya, pada tahun 2015 dari EKU Rp3,80 triliun realisasinya sebesar Rp3,805 triliun, 2016 EKU Rp3,80 triliun realisasinya Rp3,805 triliun, dan tahun 2017 dari EKU Rp4,60 triliun realisasinya sebesar Rp4,614 triliun.
Selain menaikkan EKU pada momentum Ramadhan dan Lebaran, pihaknya juga menambah lokasi penukaran uang, yaitu dari 111 titik di tahun lalu menjadi Rp150 titik di tahun ini.
"Sebagai rinciannya, untuk wilayah Soloraya sendiri terbagi di wilayah Solo 74 titik, Boyolali 14 titik, Klaten 16 titik, Sukoharjo 15 titik, Karanganyar 11 titik, Sragen 10 titik, dan Wonogiri sebanyak 10 titik," katanya.
Ia mengatakan untuk jadwal penukaran uang baru akan mulai dilayani 13 Mei sampai dengan 29 Mei.
"Kalau untuk wilayah Solo mulai 13-23 Mei. Meski demikian, nanti juga akan ada penukaran uang di Benteng Vastenburg mulai 27-29 Mei," katanya.
Bantu UMKM
Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur siap membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah setempat untuk menembus pasar ekspor bagi produk yang telah "siap untuk ekspor".
Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Difi A Johansyah di Surabaya, Senin, mengatakan dorongan ekspor sejalan dengan program Bank Indonesia sehingga mampu mengurangi defisit transaksi berjalan yang saat ini sedang terjadi.
Ia berharap setelah segala sesuatunya siap, UMKM Jawa Timur dapat terbang dengan kualitas dan kapasitas produksi yang baik serta dapat memperluas akses pasarnya.
"Rencana ke depan kami demikian, sebagai bagian program untuk membuka akses pasar ekspor bagi produk UMKM yang telah ready to export," katanya.
Selain itu, kata Difi, saat ini Bank Indonesia juga mendorong perluasan dan penetrasi pasar UMKM melalui pemanfaatan akses digital e-commerce, salah satunya melalui pelatihan digital UMKM Jawa Timur, dalam program on boarding UMKM.
Program itu dilakukan dengan bekerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Indonesian E-Commerce Association (IdEA) dan Bukalapak yang diikuti oleh 500 UMKM di Jawa Timur.
"Di sini, UMKM mendapatkan pengetahuan dan pelatihan, mulai dari teknik fotografi produk, copywriting, teknik memaksimalkan penjualan melalui media sosial hingga dibantu untuk memasarkan penjualannya di marketplace Bukalapak," katanya.
Ia berharap, berbagai upaya tersebut mendorong munculnya berbagai aplikasi atau platform berbasis internet termasuk fintech, e-commerce maupun marketplace yang menawarkan berbagai pilihan serta dapat mengubah perilaku bertransaksi bagi sebagian masyarakat dari berbelanja secara konvensional menjadi secara daring.
"Sebagian besar UMKM masih lebih memanfaatkan media sosial sebagai tempat berdagang daring daripada memanfaatkan e-commerce/marketplace. Padahal, dengan bergabung di marketplace, akan semakin membuka akses pasar UMKM," katanya. (ANTARA)
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...