BI: Pemulihan Ekonomi RI Tidak Sekuat yang Diperkirakan

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 yang lebih lambat dibanding pertumbuhan ekonomi triwulan yang sama tahun sebelumnya merupakan cermin pemulihan ekonomi Indonesia yang tidak sekuat perkiraan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disiarkan kemarin (07/08) menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 tercatat 5,01 persen (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,01 oersen (yoy) namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 5,18 persen (yoy).
"Perkembangan pertumbuhan ekonomi ini mengindikasikan masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi Indonesia meskipun tidak sekuat perkiraan semula," demikian siaran pers BI, yang ditanda tangani oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman.
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 dipengaruhi terutama oleh meningkatnya kinerja investasi, baik investasi bangunan maupun nonbangunan. Kinerja investasi bangunan meningkat sejalan dengan terus berlanjutnya pembangunan konstruksi sektor swasta dan proyek infrastruktur pemerintah. Kinerja investasi nonbangunan tetap tumbuh tinggi seiring dengan harga komoditas yang masih positif dan tinggi.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 relatif terjaga dipengaruhi faktor Lebaran, sementara konsumsi Pemerintah melemah seiring adanya pergeseran pengeluaran. Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh melambat terutama karena ekspor manufaktur yang mengalami tekanan sejalan dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi negara maju.
BI berpendapat pertumbuhan ekonomi akan membaik ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor dan investasi. Dengan perbaikan pada paruh kedua 2017, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 masih dalam kisaran 5,0-5,4 persen.
BI memperingatkan sejumlah risiko yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi yang perlu diwaspadai. Risiko itu terkait terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan.
Editor : Eben E. Siadari

Tentara Ukraina Menolak Desakan Perdamaian Trump-Rusia
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Pembicaraan perdamaian pekan ini antara Rusia dan Amerika Serikat yang bertuju...