BI: Penguatan Dolar AS Tak Berlangsung Lama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bank Indonesia (BI) menilai penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap hampir semua mata uang diperkirakan tidak akan berlangsung lama lagi seiring dengan akan dinaikkannya Fed Fund Rate oleh Bank Sentral AS menjelang akhir tahun ini.
"Menurut saya tinggal sebentar lagi. Kalau nanti bulan September suku bunga AS naik, kemudian Desember naik lagi, maka setelah itu mudah-mudahan situasi pasar keuangan akan lebih stabil," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (7/8).
Mirza menuturkan, situasi saat ini sama seperti 2013 ketika pasar keuangan menunggu pengurangan stimulus moneter oleh Amerika.
"(Saat itu) pasar keuangan negara (emerging market) goyang, tapi setelah stimulusnya benar-benar dikurangi tahun 2014, pasar keuangannya stabil," ujar Mirza.
Menurutnya, setelah kenaikan suku bunga AS, baik satu kali maupun dua kali kenaikan, arus modal masuk (capital inflow) diperkirakan akan kembali masuk ke Indonesia.
"Sekarang mereka sudah paham inflasi sudah turun. Tahun lalu inflasi 8,3 persen. Tahun ini (inflasi) 4,3-4,5 persen. Tahun depan (inflasi) mungkin 4,5 persen, sementara CAD (defisit transaksi berjalan) turun signifikan menjadi 2,5 persen dari PDB. Maka nanti setelah bulan Desember, pasar keuangan positif," kata Mirza.
Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis
Terkait dengan nilai tukar rupiah, lanjut Mirza, dengan kondisi pasar keuangan saat ini BI sebagai otoritas moneter, terus menjaga stabilitas kurs rupiah di pasar.
"Tentu Bank Indonesia hadir di pasar untuk ikut memberikan suplai dolar. Kita menggunakan cadangan devisa, tapi cadangan devisa kita saat ini masih sangat baik sekitar 6,5 bulan impor plus pembayaran utang yang jatuh tempo," ujar Mirza.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (7/8) pagi bergerak menguat tipis sebesar lima poin menjadi 13.525 rupiah dibandingkan dengan posisi sebelumnya 13.530 rupiah per dolar AS.
Menurut ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, nilai tukar rupiah bergerak menguat tipis, namun masih belum ke luar dari tren pelemahan. “Dolar AS masih cenderung kuat di kawasan Asia," kata dia.
Rangga mengatakan, adanya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ke depan, yang mulai muncul, mencegah mata uang rupiah untuk kembali bergerak melemah. Selain itu dibantu juga oleh intervensi Bank Indonesia di pasar valas domestik yang cukup aktif.
Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa intervensi BI justru bisa menurunkan cadangan devisa karena bisa mengganggu kenyamanan investor asing.
"Tetapi intervensi bisa berujung pada penurunan cadangan devisa yang sangat menentukan tingkat kenyamanan investor asing,” ujar dia.
Dari eksternal, ia menambahkan bahwa rupiah juga sedikit mendapatkan sentimen positif dari data klaim pengangguran Amerika Serikat yang meningkat menjadi 270.000, situasi itu dapat menurunkan harapan kenaikan suku bunga AS. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...