BI: Utang Swasta Terlalu Besar Ganggu Stabilitas Makro
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia menilai utang luar negeri (ULN) sektor swasta yang nilaniya lebih besar daripada pemerintah merupakan hal yang wajar.
"Utang sektor pemerintah dibanding sektor swasta dan BUMN pasti lebih besar swasta, jadi utang swasta lebih besar dari pemerintah itu hal yang wajar," tutur Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara di Jakarta, Kamis.
Utang luar negeri pemerintah di dalam ekonomi Indonesia, tutur dia, kini sebesar 10-12 persen dari PDB Indonesia.
Meski begitu, ia mengingatkan sektor swasta untuk mengendalikan utang luar negerinya, terutama swasta yang menggunakan utang untuk transaksi yang tidak menghasilkan valuta asing, karena akan menimbulkan risiko untuk perusahaan tersebut.
Bahkan jika utang luar negeri tersebut terlalu besar, juga akan menjadi risiko untuk makro.
Untuk itu, ujar dia, BI menganjurkan sektor swasta yang tidak menghasilkan penerimaan dalam bentuk valuta asing untuk melakukan lindung nilai (hedging).
"BI sudah menerbitkan aturan `hedging` bahwa perusahaan yang tidak menghasilkan dolar harus `hedging`," kata Mirza.
Sementara itu, berdasarkan data BI, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II-2015 tumbuh 6,3 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ULN akhir triwulan I-2015 sebesar 7,9 persen (yoy).
Sedangkan posisi ULN pada akhir triwulan II-2015 tercatat sebesar 304,3 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik sebesar 134,6 miliar dolar AS (44,2 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar USD169,7 miliar (55,8 persen dari total ULN).
Pelambatan pertumbuhan ULN terutama terjadi pada ULN sektor swasta yang tumbuh dari 13,4 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,7 persen (yoy) pada triwulan laporan. Dengan perkembangan tersebut, debt service ratio (DSR) mencatat penurunan dari 56,9 persen pada triwulan I-2015 menjadi 56,3 persen pada triwulan II-2015.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang (85,0 persen dari total ULN). Pada akhir triwulan II-2015, posisi ULN berjangka panjang mencapai 258,7 miliar dolar AS, ULN terdiri dari ULN sektor publik 131,3 miliar dolar AS (97,6 persen dari total ULN sektor publik) dan ULN sektor swasta 127,4 miliar dolar AS (75,1 persen dari total ULN swasta).
ULN berjangka panjang pada triwulan II-2015 tumbuh 8,1 persen (yoy), lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,2 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ULN berjangka pendek terkontraksi 2,9 persen (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh 0,7 persen (yoy). (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...