Bibit Kebaikan
Perbuatan baik itu ibarat satu bibit yang ditanam. Tidak mungkin dia stuck di satu tempat dan satu waktu saja.
SATUHARAPAN.COM – ”Ibu bawakan nasi ayam, Vina mau? Tunggu ya, setengah jam lagi Ibu sampai sana.” Kalimat itu terucap dari seorang perempuan bernama Lucia Tyas Wening melalui sambungan telepon sekitar 1,5 tahun lalu. Pada saat itu saya sedang terapi perdana untuk sakit Lupus yang saya punya. Satu jam observasi, satu jam obat masuk, dan empat jam observasi pascaobat.
Enam jam bukan waktu sebentar untuk dilalui sendiri di rumah sakit yang nuansanya sama sekali tidak hangat. Namun, Ibu Lucia tidak membiarkan saya sendiri melaluinya. Beliau bukan cuma datang menengok, tetapi juga menemani, plus membawa nasi ayam untuk saya yang kelaparan berat.Hanya sesederhana itu perjumpaan pertama saya dengan Bu Lucia. Beliau cuma datang, cuma nemenin, dan cuma bawa nasi ayam. Tetapi, imbas yang saya terima lebih dari sekadar ”cuma”. Saya tidak menyerah untuk terus terapi sampai selesai setahun setelahnya. Saya berutang kepada Bu Lucia.
Akan tetapi, saya tidak dapat berjumpa lagi dengan beliau. Obituari Ibu Lucia Tyas Wening saya terima melalui jejaring sosial. Beliau bukan artis. Beliau hanya seorang pemerhati, sekaligus pejuang Lupus. Dengan berpulangnya beliau ke haribaan Tuhan Semesta Alam, perjuangan beliau hidup bersama Lupus pun berakhir.
Merenungkan berpulangnya Bu Lucia, saya belajar sesuatu tentang kebaikan hati. Bahwa ternyata tidak ada kebaikan yang berlabel ”cuma”. Setiap kebaikan itu berarti banyak bagi penerimanya. Sekali saja dibuat, efeknya panjang. Itu baru satu, bagaimana kalau banyak kebaikan?
Tidak usah banyak-banyak dan tidak perlu muluk-muluk. Satu kebaikan saja dalam sehari. Terus waktu luang lainnya dipakai untuk berbuat curang? Ya gak gitu juga sih. Perbuatan baik itu ibarat satu bibit yang ditanam. Tidak mungkin dia stuck di satu tempat dan satu waktu saja. Pasti dia bereaksi, bergerak, berlanjut. Kebaikan itu bagai candu, berasa aneh kalau dihentikan.
Barangkali ada yang menuduh, berhubung Ibu Lucia punya sakit penyakit kronis, maka wajar beliau menabung banyak kebaikan sepanjang sisa hidupnya. Lo, apa perlu vonis sakit penyakit kronis dahulu baru tergerak untuk berbuat baik? Syarat mengerjakan kebaikan itu niat dan ketulusan.
Setiap orang wajib berbuat baik, karena pastilah ia sudah lebih dahulu menerima kebaikan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...