Binsar Pakpahan: Kita Perlu Melaksanakan Keadilan sebagai Tugas Panggilan Gereja
BOGOR, SATUHARAPAN.COM - "Kita perlu melaksanakan keadilan sebagai tugas panggilan gereja. Ini adalah tugas kita bersama, dan salah satu keadilan yang harus kita tegakkan adalah masalah kebebasan dalam hal beragama ini," demikian kata Binsar Pakpahan, ketika ditemui satuharapan.com setelah memimpin ibadah di GKI Yasmin Bogor, Minggu (9/2).
Pendeta Binsar Pakpahan dari gereja HKBP dan pengajar STT Jakarta menyatakan dukungan dengan perjuangan yang dilakukan oleh GKI Yasmin Bogor, HKBP Filedelfia Bekasi dan kelompok minoritas lainnya. "Kita dukung, dan kita tidak takut, karena yang kita lakukan adalah benar."
Menurut Binsar, hal ini harus dipahami dengan lebih bijaksana. "Kita perlu bersatu, menyatukan suara dan jangan terpecah. Kita butuh persatuan, saling mendukung dan melaksanakan keadilan sebagai tugas panggilan gereja," demikian lanjut Pendeta Binsar yang dalam kotbahnya menyampaikan tema "Garam dan Terang Dunia".
"Dalam hal kasus ini, GKI Yasmin berperan sebagai ujung tombak, masalah yang sebenarnya juga terjadi tidak saja kepada GKI Yasmin. Yang diharapkan di depan adalah GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, teman-teman Ahmadiah dan jemaah Syiah. Ini menunjukkan, sebenarnya ada masalah yang lebih besar dalam keberagaman di Indonesia," demikian jelas Binsar.
Atas kasus yang dihadapi oleh GKI Yasmin Bogor, yang walaupun telah memiliki ketetapan putusan hukum di Mahkamah Agung dan rekomendasi Ombudsman RI, namun tetap saja tidak dapat melanjutkan pembangunan rumah ibadahnya. Walikota Bogor menerbitkan pencabutan IMB GKI Yasmin, namun kemudian melalui surat rekomendasinya, Ombudsman RI menyatakan tindakan Walikota Bogor ini dinilai maladministrasi.
Binsar melanjutkan, "GKI Yasmin menjadi contoh, bagaimana dia bisa menembus masalah ini. Kalau dia tembus, maka yang lain akan ikut". Pendeta Binsar menyampaikan pesannya dalam perjuangan yang mungkin akan berlangsung panjang, jemaat GKI Yasmin harus kuat dan bersatu. Binsar juga menunjukkan banyak komunitas lain yang memberikan dukungan bagi perjuangan kebebasan beragama.
Takut akan keberagaman
Masalah yang jauh lebih besar dalam kebebasan beragama, menurut Binsar adalah, "orang banyak yang takut pada keberagaman dan tidak siap. Justru orang yang takut pada keberagaman berada dalam krisis percaya diri, karena menganggap orang lain sebagai ancaman."
Menurut Pendeta Binsar hal ini adalah akar permasalahan ketika orang menjadi takut berbeda, dan bukannya saling melengkapi dan memperkaya. "Saya melihat, ini adalah ekses, sejalan dengan perkembangan demokrasi yang kelewatan dalam mengekspresikan dirinya. Karena sebenarnya mereka ini tidak tahu jati dirinya, hal ini berbahaya. Ketika sekelompok orang hanya melihat dentitas dirinya, dan identitas yang lain harus kalah. Ini berbahaya karena tidak lagi melihat identitas "kita" sebagai satu identitas berbangsa. Sudah banyak juga orang yang kini melupakan nilai-nilai Pancasila." Demikian kata Binsar.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah keberagamanan, Binsar mengatakan, "Kita harus mendorong keberanian untuk menerima yang lain. Inipun, harus dimulai dengan keberanian untuk menerima diri sendiri. Saya tidak harus sama dengan yang lain, yang lain tidak harus sama dengan saya. Kita ada, Indonesia ada, justru ketika kita berbeda."
Editor : Bayu Probo
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...