Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:39 WIB | Kamis, 21 Juli 2016

BKPM Dorong Investasi Sektor Perfilman di Indonesia

BKPM akan mendorong investor sektor perfilman untuk memperbanyak jumlah layar film yang ada.
Ilustrasi: Suasana nonton film bareng berjudul Slank Nggak Ada Matinya yang ditayangkan perdana di Bioskop Balai Kota pada tahun 2015 yang dihadiri langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan juga personil grup musik Slank. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai prospek investasi di sektor perfilman masih sangat cerah. Salah satu hal yang menjadi fokus awal dalam investasi sektor perfilman adalah menambah jumlah bioskop di Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah bioskop di Indonesia, diharapkan peluang bagi film Indonesia akan semakin terbuka.

Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa Indonesia masih membutuhkan sektor film terutama dari sisi bioskop terutama masih sangat minim di bioskop untuk menampilkan film-film yang terbaik.

”Saat ini, tidak lebih dari 1.100-an jumlah bioskop yang ada di Indonesia. Sementara potensi sektor film yang ada sangat berkembang baik dari sisi bioskop, distribusi, dapat hingga produksi film,” katanya dalam keterangan resmi kepada media, hari Rabu (20/7).

Menurut Franky, dalam tahap awal BKPM akan mendorong investor sektor perfilman untuk memperbanyak jumlah layar film yang ada, kemudian selanjutnya adalah untuk investasi dalam produksi film itu sendiri dengan adanya memproduksi atau hanya shooting atau ambil lokasi saja di Indonesia.

”Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan film Indonesia harus mendapat porsi dari bioskop-bioskop di Indonesia. Dengan ketersediaan layar bioskop di Indonesia, maka akan lebih banyak film-film Indonesia diputar di Bioskop dengan melibatkan investor dari luar untuk meningkatkan kualitas, untuk meningkatkan mutu dan bukan tidak memungkinkan agar film Indonesia dapat diekspor,” lanjutnya.

Investasi di dalam penambahan layar bioskop, menurut Franky dapat mendorong terciptanya jumlah produksi film. Dia menilai dengan ketersediaan dari sisi bioskop maka dari sisi supply yakni film-film Indonesia akan semakin meningkat.

”Dengan kebutuhan akan produksi film yang meningkat, maka talenta-talenta untuk memproduksi film juga akan semakin dibutuhkan. Hal ini diharapkan juga akan meningkatkan kualitas sektor perfilman Indonesia,” katanya.

Franky menilai bahwa sektor perfilman dapat menjadi salah satu alternatif investasi yang prospektif. ”Dengan pertumbuhan kelas menengah perkotaan serta meningkatnya skala kota-kota di Indonesia yang memiliki kepadatan meningkat, ketersediaan layar lebar atau bioskop merupakan salah satu sektor yang prospektif,” katanya.

Lebih lanjut Franky menyatakan bahwa pihaknya telah menerima minat investasi yang disampaikan dari Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat.

”Kami akan terus melakukan koordinasi dengan kementerian teknis maupun Badan Ekonomi Kreatif untuk mengawal minat investasi yang telah disampaikan kepada BKPM,” jelasnya.

Dari data yang dimiliki oleh Badan Ekonomi Kreatif rasio layar berbandingkan populasi penduduk di Indonesia masih rendah. Rasio layar berbanding 100.000 populasi Indonesia sebesar 0,4.

Posisi ini di bawah Amerika Serikat yang rasionya 14, Inggris 6,8, Korea Selatan 4,3, dan Tiongkok 1,8. Sedangkan di beberapa negara tetangga, rasionya juga lebih besar, seperti Singapura 3,9, Malaysia 2,4, dan Thailand 1,2. Dari jumlah layar bioskop tersebut, 87 persen layar berada di Pulau Jawa dan 35 persen dari jumlah tersebut berlokasi di Jakarta. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home