Blues Forum, Kritik Musik, dan Blues Berbahasa Indonesia
Gugun and The Blues Shelter Tampil di Pawon Sangkring
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok musik beraliran blues Gugun an the Blues Shelter (GBS), Senin (9/10) malam bersama Jogja Blues Forum menggelar acara jamming bersama beberapa kelompok musik blues di Yogyakarta. Bersama Jogja Blues Forum (JBF), Ikhlas experiences, Jeron Beteng Blues (JBB), serta Brightsize trio (BST) yang baru saja menyelesaikan tour Eropa, GBS menghibur pengunjung yang memenuhi pawon Sangkring art space Jalan Nitiprayan No 88, Ngestiharjo, Kasihan - Bantul.
Sore hari sebelum acara jamming, GBS bersama JBF selama kurang lebih dua jam berbincang-diskusi membicarakan segala hal tentang musik blues dan perkembangannya. bincang-diskusi menjadi sesi yang menarik dimana selain berbagi cerita tidak jarang audiens memberikan kritik-kritik bagi pelaku musik blues di Indonesia, tidak terkecuali Gugun Blues Shelter.
"Ini menggembirakan. Ketika di Jakarta ataupun tempat lain hampir-hampir sudah tidak ada ruang dialog (tentang musik blues), di Yogyakarta (masih) ada forum yang bisa membicarakan banyak hal (terkait musik blues). Kita bisa berbagi cerita, memberikan masukan, mengkritik dan dikritik habis-habisan dalam suasana santai." kata drummer GBS Bowie. Bowie menjelaskan pentingnya kritik bagi musisi blues dan perkembangannya.
Setelah acara bincang-diskusi, acara dilanjutkan dengan jamming diawali dengan penampilan Jogja Blues Forum, dilanjutkan dengan Ikhlas Experiences yang digawangi perupa Putu Sutawijaya. Jeron Beteng Blues dengan format delapan pemain musik dimana empat diantaranya memainkan alat musik tiup saxofon, trumpet, dan trombone menjadi warna lain pementasan musik blues.
Brightsize trio mengawali penampilannya dengan permainan solo gitaris remaja Angga Yuda Waskita yang masih duduk di bangku SMKN 2 Kasihan Bantul (dulu SMM Yogyakarta). Dalam penampilan tersebut, secara resmi BST memperkenalkan bassist barunya Yabes Yuniawan Sagrim yang turut tampil di Groningen dan Amsterdam Belanda.
Pada lagu "Amelia", lagu yang terinspirasi dari lukisan perupa Jumaldi Alfi pada satu sesi lagu tersebut Angga dan Yabes turut memainkan perkusi band beriringan dengan permainan drum Endy Barqah secara bersamaan. Kolaborasi pemain BST pada satu drum set menjadi hiburan tersendiri.
Dalam lagu "Merebut Hari Ini" yang berlirik bahasa Indonesia, BST menampilkan musik blues yang sangat jazzy. Endy Barqah dengan latar belakang bergabung dengan Sirkus Barock meracik drum set dalam ritme rampag gendang, Angga yang sejak awal terbiasa memainkan melodi grup musik Dream Theater, Pink Floyd, ataupun petikan Jimi Hendrix, serta Yabes dengan latar belakang bermain bass beraliran jazz menjadi grup musik blues dengan komposisi pemain yang menarik. Dengan lagu-lagu mereka berbahasa Indonesia, BST diundang tampil di beberapa festival di Eropa beberapa waktu lalu.
Setelah penampilan BST, Gugun and The Blues Shelter langsung menghentak pawon Sangkring dengan dua lagu. Pada lagu ketiga GBS memenuhi permintaan penonton untuk membawakan lagunya yang berbahasa Indonesia "Mobil Bututku" dari album "Hitam Membiru". Pada lagu-lagu selanjutnya permainan drum Bowie, bass Fajar, serta Gugun pada gitar sangat kental dengan aliran blues. Saat mengiringi penyanyi blues perempuan yang ikut jamming dalam penampilan GBS, meskipun beberapa lagu bergenre rock, namun tidak bisa dibohongi permainan GBS tetap kental dengan blues. Tidak berlebihan ketika beberapa pengamat musik menjuluki GBS sebagai trend setter musik blues Indonesia.
"Kemarin kita kontak-kontakan sama Endy (drummer BST), ngajak untuk bikin acara jamming bareng di Yogyakarta. Kita surprise dengan pengunjung yang datang. Selain gig-nya yang sederhana tapi menarik dengan warung kopinya, apresiasinya bagus, jumlah yang datang banyak banget. Tanpa ada publikasi, ini acara GBS yang paling banyak dihadiri penonton." kata Gugun
Kepada satuharapan.com, Gugun memberikan sedikit gambaran tentang eksperimen musik blues berbahasa Indonesia. Selama ini orang berpikir musik blues, rock, itu enaknya menggunakan bahasa Inggris. Dengan musik blues berbahasa Indonesia, penonton bisa langsung mengerti liriknya. Tidak demikian ketika lagu blues yang kita bawakan berbahasa Inggris, jelas Gugun.
"Respon (penggemar) pada album GBS berbahasa Indonesia yang diluncurkan awal tahun ini bagus. Itu hanya untuk pasar dalam negeri." kata gitaris GBS Gugun pada satuharapan.com, Senin (9/10). Untuk lagu-lagu GBS berbahasa Inggris, Gugun menjelaskan rata-rata album terjual diatas satu juta copy.
Selama jamming blues di pawong Sangkring, tiga perupa Joseph Wiyono, Samuel Indratma, dan Bambang Herras membuat sketsa on the spots mendokumentasikan jalannya acara. Bambang Herras membuat lukisan pada kanvas besar saat penampilan GBS dan menjadi hadiah untuk GBS.
"Ini menjadi semacam respon, kolaborasi, sekaligus berbagi panggung dalam lintas disiplin ilmu seni pertunjukan, musik, dan seni rupa. " kata Herras saat menyerahkan sketsa dan lukisan kepada personil GBS.
Jamming blues di pawon Sangkring dengan diawali bincang-diskusi jika dilanjutkan secara reguler akan menjadi hal menarik dan menambah khasanah bermusik seniman Yogyakarta yang menawarkan kesegaran melengkapi jamming musik yang sudah ada, dimana ada ruang (space) dan tempat (place) untuk berbagi dan berdialog.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...