BMKG Gelar Observasi Laut
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dr Andi Eka Sakya, di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman Muara Baru, Dermaga Barat, Jakarta, pada 17 Februari lalu, melepas peserta kegiatan pelayaran Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis (Ina-Prima).
Kegiatan pelayaran itu, seperti dikutip dari bmkg.go.id, merupakan salah satu dari tiga program utama yang menjadi prioritas agenda pembangunan kemaritiman, yakni observasi laut. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut penandatanganan antara Indonesia dan Amerika, terkait kelautan terutama untuk sains dan teknologi.
Peserta kegiatan hasil kerja sama dan koordinasi dengan BPPT dan didukung oleh National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) – Amerika Serikat itu, melakukan pelayaran 30 hari mulai tanggal 17 Februari - 17 Maret 2016. Pelayaran dilaksanakan dua sesi, yaitu Jakarta-Banda Aceh dan Banda Aceh-Jakarta.
Tahun ini, pelayaran Indonesia Prima melibatkan partisipasi dosen dan mahasiswa jurusan oseanografi.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan perawatan terhadap 5 bouy Rama, Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction, yang ada di Samudera Hindia. Perawatan itu dilakukan untuk mendukung tersedianya data observasi laut yang kontinu, yang dapat digunakan untuk mendukung peningkatan informasi cuaca dan oseanografi.
Selain itu, pada sepanjang pelayaran ini pun dilakukan pengamatan parameter cuaca dan unsur kelautan. Data yang didapat digunakan sebagai referensi validasi model prakiran cuaca iklim kelautan.
Persiapan pelayaran itu dilaksanakan sejak tahun 2015 melalui penyelenggaraan kegiatan Indonesia Prima (Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) yang diikuti peneliti dari BMKG dan BPPT.
Andi Eka Sakya dalam sambutannya mengutarakan informasi maritim sangat dibutuhkan untuk sektor pariwisata, perikanan, dan transportasi laut. Ia mengharapkan kegiatan itu dapat berjalan berkesinambungan dan lancar untuk mewujudkan layanan informasi cuaca dan iklim maritim yang cepat dan akurat bagi pengguna.
Ke depan, Indonesia, dalam hal ini BMKG, harus bisa lebih banyak berkontribusi, terutama dalam melakukan ekspansi observasi laut daripada observasi darat. Selain itu, Indonesia memiliki tuntutan yang besar untuk menyediakan informasi cuaca dan iklim maritim karena Indonesia merupakan negara paling besar di kawasan ASEAN.
Kerja sama dan koordinasi harus ditingkatkan lagi karena dalam melakukan observasi Indonesia masih memiliki keterbatasan, khususnya dalam peralatan untuk mengamati fenomena yang terjadi di Samudra Hindia.
Rangkaian kegiatan ini merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi batu-tapak kontribusi Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global. Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya. Langkah kebijakan ini juga menjadi bagian dari keberpihakan BMKG dalam bidang penelitian dalam mendukung upaya peningkatan pelayanan meteorologi, klimatologi dan geofisika, serta peningkatan SDM Indonesia.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...