BNPB : Alat Sensor Tsunami di Indonesia Banyak yang Rusak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Alat sensor gelombang tsunami di Indonesia sebagian besar rusak. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo P Nugroho di Jakarta pada hari Kamis (3/3).
Dia menjelaskan tidak berfungsinya alat tersebut disebabkan vandalisme dan ketiadaan biaya operasi serta pemeliharaan di BPPT
"Sensor tsunami di lautan banyak dirusak orang tidak bertanggung jawab, misalnya sensor tsunami yang dipasang di Laut Banda pada April 2009, namun pada September 2009 rusak dan hanyut ke utara Sulawesi. Untuk diketahui, harga satu unit sensor tsunami buatan Amerika Serikat itu Rp 7 sampai 8 miliar, sedangkan buatan Indonesia Rp 4 miliar," katanya.
Dia juga menjelaskan, dari 21 sensor tsunami yang disebar di Indonesia terdiri dari delapan unit dari Indonesia, Jerman 10 unit, Malaysia satu unit, dan Amerika Serikat dua unit. Semuanya tidak ada lagi yang beroperasi.
"Tanpa biaya pemeliharaan dan operasi menyebabkan tidak berfungsi. Kondisi ini menyulitkan untuk memastikan apakah tsunami benar terjadi di lautan atau tidak," tuturnya.
Saat ini, kata dia, Indonesia hanya mengandalkan lima sensor tsunami milik internasional di sekitar wilayah Indonesia, yaitu satu unit di barat Aceh milik India, satu unit di Laut Andaman milik Thailand, dua unit di selatan Sumba dekat Australia milik Australia, dan satu unit di utara Papua milik Amerika Serikat. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...