BNPB: Korban Gempa Pidie Jaya 102 Orang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,5 skala Richter (SR) di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu (7/12) lalu sebanyak 102 orang.
"Ada kemungkinan akan bertambah karena tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian korban," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers perkembangan penanganan gempa Kabupaten Pidie Jaya di Jakarta, hari Kamis (8/12).
BNPB merilis data dampak gempa Kabupaten Pidie Jaya hingga Kamis pukul 06.00 WIB, di mana secara keseluruhan terdapat 102 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, 136 orang luka berat, 616 orang luka ringan, dan 3.276 orang mengungsi.
Secara rinci, jumlah korban di Kabupaten Pidie Jaya yaitu 99 orang meninggal dunia (82 korban teridentifikasi), 128 orang luka berat, dan 489 orang luka ringan, 2.154 orang mengungsi di 11 titik di dua kecamatan (Meurah Dua dan Meureudu), dan 280 orang dirawat di empat rumah sakit (RS Sigil, RS Bireuen, RS Banda Aceh, dan RS Pidie Jaya).
Kemudian, jumlah korban di Kabupaten Bireuen yaitu 2 orang meninggal dunia, 8 orang luka berat, 127 orang luka ringan, dan 1.113 orang mengungsi di dua titik.
Lalu di Kabupaten Pidie tercatat 1 orang meninggal dunia dan 1 orang masih dinyatakan hilang.
Kerugian Materiil
BNPB juga merilis kerugian materiil dampak dari gempa Pidie Jaya di mana secara total tercatat 105 unit ruko roboh, 348 rumah rusak berat, 14 masjid rusak berat, satu RSUD Pidie Jaya rusak berat, dan satu unit sekolah roboh.
Secara rinci, di Kabupaten Pidie Jaya terdapat 105 unit ruko roboh, 268 rumah rusak berat, 14 bangunan masjid rusak berat, satu RSUD rusak berat dan beberapa ruas jalan mengalami keretakan.
Di Kabupaten Bireuen, 40 unit rumah rusak berat, dua bangunan masjid rusak berat, dan satu unit kampus STAI Al-Azziziyah Mudi Mesra roboh.
Sementara di Kabupaten Pidie terdapat 40 rumah rusak berat.
Sutopo mengatakan saat ini di lokasi terdampak gempa sudah terdapat tujuh unit ekskavator untuk membantu pencarian korban yang kemungkinan masih terjebak reruntuhan bangunan.
"Alat berat didatangkan dari kabupaten-kabupaten terdekat menuju Pidie Jaya untuk dukungan operasi SAR. Namun ada beberapa wilayah yang tidak bisa dijangkau alat berat sehingga manual," kata dia.
BNPB juga menggunakan teknologi "life detector" untuk mencari dan mengidentifikasi kemungkinan adanya kehidupan di reruntuhan bangunan.
"Apabila kami menemukan ada tanda-tanda kehidupan dalam reruntuhan, maka itulah yang akan kami prioritaskan," ucap Sutopo.
Dia juga menyebutkan bahwa kendala utama operasi pencarian dan penyelamatan korban gempa adalah kurangnya alat berat dan aliran listrik yang masih terputus.
Sebelumnya, gempa mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB. Pusat gempa terjadi di darat (sesar Samalanga-Sipopok) melalui mekanisme gempa sesar mendatar dengan kedalaman 15 kilometer.
Gempa tersebut diperkirakan dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya selama 15 detik, Kota Banda Aceh selama 5 detik, Kabupaten Aceh Besar selama 10 detik, dan Kabupaten Bireuen selama 10 detik.
Sementara itu hingga Kamis (8/12) pukul 09.00 WIB telah terjadi 36 kali gempa susulan dengan magnitudo yang semakin lama semakin menurun.
"Itu menunjukkan bahwa sesar mulai menemukan keseimbangan," kata Sutopo. (Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...