BNPT Minta Kaum Muda Tidak Mudah Diadu Domba Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak generasi muda untuk tidak mudah diadu domba dengan virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
"Adik-adik mahasiswa dan mahasiswi jangan mudah diadu domba dan dipecah belah oleh virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme tersebut. Tingkatkan terus persatuan dan kesatuan karena Indonesia ini sangat luar biasa,” ujar Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi dalam keterangannya diterima di Jakarta Selasa (30/8).
Menurutnya mahasiswa sebagai generasi muda harapan bangsa harus terus memupuk rasa cinta tanah air, bela negara, serta persatuan dan kesatuan untuk membentengi diri dari ancaman virus intoleran, radikalisme dan terorisme.
Hal itu dianggap penting karena di era digital saat ini, mahasiswa sangat rentan terpapar ideologi transnasional yang hanya ingin memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Nisan penguatan rasa cinta tanah air, bela negara, dan wawasan kebangsaan menjadi benteng yang kuat untuk menangkal penyebaran virus intoleran, radikalisme, dan terorisme.
Terutama, lanjutnya bagi para mahasiswa yang sangat akrab dengan dunia maya. Seperti diketahui dunia maya atau dunia digital menjadi penyebaran virus-virus tersebut yang sangat masif.
Menurutnya ada empat vaksin yang sangat manjur untuk membentengi generasi muda bangsa dari virus-virus tersebut. Pertama NKRI harga mati.
Kemudian, Undang-undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi, ketiga Pancasila sebagai ideologi bangsa, keempat nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Berikutnya, peningkatan moderasi beragama menurut dia juga dianggap hal yang diperlukan.
“Jadi kita semua harus bisa menciptakan Indonesia yang tangguh, maju, dan jaya. Jangan mau dipecah belah oleh kepentingan siapapun. Kalian itu saudara, bukan satu darah, bukan satu agama, tapi saudara satu bangsa,” kata Nisan.
Ia menjelaskan Indonesia didirikan dengan susah payah dan merdeka bukan karena pemberian dari penjajah, tapi diperjuangkan para pahlawan bangsa, bukan hanya harta dan benda, tetapi nyawa.
“Jadi founding fathers sudah merebut dan mempertahankan, sekarang semua tinggal mengisi. Kalau yang mengisi tidak benar, nanti negara akan tercabik-cabik menjadi negara pecahan. Termasuk oleh ideologi intoleran dan radikalisme yang mau mendirikan Indonesia menjadi negara agama,” ucapnya.
Ia berharap melalui kegiatan kuliah umum yang digelar BNPT para mahasiswa bisa meningkatkan rasa cinta tanah air, bela bangsa, dan semakin mencintai Indonesia. Mereka juga bisa melanjutkan perjuangan dan cita-cita para pendiri bangsa.
Nisan menegaskan Pancasila itu sangat luar biasa. Ia mencontohkan saat melakukan kunjungan ke Belgia, Belanda, dan Luxembourg, tiga negara itu dulunya satu negara, tetapi mereka pecah akibat perbedaan paham agama.
Ia juga mengaku pernah ke Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Uni Soviet pecah karena beda paham agama, sedangkan Korea Utara dan Korea Selatan pecah karena beda paham ideologinya.
“Kenapa negara-negara itu pecah, karena mereka tidak memiliki ideologi yang kuat seperti Pancasila,” kata Nisan.
Ia menegaskan Pancasila adalah ideologi terbaik dan seluruh anak bangsa harus bersatu untuk untuk melawan ideologi-ideologi transnasional, terutama ideologi agama, yang ingin menggantikan Pancasila. Pasalnya, agama hanya dijadikan kedok kelompok teroris untuk mewujudkan tujuannya.
“Karena teroris tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka menggunakan jubah atau ayat-ayat agama untuk kepentingannya, tapi tidak ada agama apapun yang menghalalkan pembunuhan, kekerasan, tidak ada. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan menghalalkan darah orang lain mengkafirkan orang lain,” katanya.
Selain itu, lanjutnya penguatan moderasi beragama juga sangat penting, seluruh anak bangsa menjunjung tinggi toleransi. Pemahaman itu harus terus diberikan, khususnya pada para mahasiswa.
Nisan juga memaparkan konsep pentahelix dalam penanggulangan terorisme oleh BNPT. Konsep itu dikembangkan karena pemerintah tidak bisa sendiri untuk menangani intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Konsep pentahelix adalah kolaborasi secara multipihak yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat, komunitas, media hingga pelaku seni.
“Kita pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, harus dibantu semua pihak. Konsep pentahelix semua harus bersatu padu, tidak boleh diserahkan kepada pemerintah saja. Harus ada akademisi, mitra usaha, media dan lain-lain,” ujar Nisan.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...