Bom Bunuh Diri Serang Pesantren di Pakistan, Seorang Ulama Terkemuka Tewas
Serangan menjelang bulan Ramadhan itu juga menewaskan lima orang lainnya, dan dituduhkan pada kelompok separatis.

PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM-Seorang pengebom bunuh diri meledakkan dirinya setelah berjalan ke sebuah masjid di dalam pesantren pro Taliban di Pakistan barat laut pada hari Jumat (28/2), menewaskan seorang ulama terkemuka dan lima jamaah lainnya serta melukai puluhan lainnya menjelang bulan puasa Ramadan, menurut polisi setempat.
Ledakan itu terjadi di Akora Khattak, sebuah distrik di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, kata kepala polisi distrik, Abdul Rashid. Ia menyebut Hamidul Haq, yang merupakan kepala sebuah faksi dari partai Jamiat-e-Ulema Islam (JUI), sebagai salah satu korban tewas. Tidak ada kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab.
Haq adalah putra Maulana Samiul Haq, yang dikenal sebagai "bapak Taliban," yang tewas dalam serangan pisau di rumahnya pada tahun 2018.
Keluarga Haq mengonfirmasi bahwa ia tewas dalam serangan hari Jumat dan mengimbau para pengikutnya untuk tetap bersikap damai. Ia juga bertanggung jawab atas pesantren Jamia Haqqania, tempat banyak Taliban Afghanistan belajar dalam dua dekade terakhir.
Zulfiqar Hameed, kepala polisi provinsi, mengatakan lebih dari selusin petugas polisi menjaga masjid tersebut ketika serangan terjadi, dan pesantren Haq juga memiliki keamanan sendiri.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengutuk serangan tersebut, yang terjadi menjelang bulan suci Ramadan, yang diperkirakan akan dimulai pada hari Sabtu (1/3) atau Minggu (2/3) tergantung pada penampakan bulan sabit.
Lonjakan Serangan dalam Beberapa Tahun Terakhir
Yawar Zia, seorang petugas polisi yang terluka dalam serangan tersebut, mengatakan bahwa ia sedang bertugas menjaga keamanan di pesantren tersebut ketika serangan terjadi dan serpihan bom mengenai dirinya. Dia dibawa ke Rumah Sakit Qazi Hussain Ahmed dengan ambulans.
“Setelah salat, Hamidul Haq meninggalkan masjid untuk pulang dan saat dia mencapai gerbang utama, ledakan dahsyat terjadi, dan saya jatuh ke tanah, kehilangan kesadaran,” kata Zia kepada The Associated Press dari ranjang rumah sakitnya.
Zahir Shah, seorang jamaah, mengatakan bahwa ratusan orang meninggalkan masjid setelah salat ketika dia mendengar ledakan dahsyat. Dia mengatakan, Haq, ditemani oleh para penjaga, sedang menuju ke rumahnya yang terletak di dalam gedung pesantren ketika serangan itu terjadi.
Shah menggambarkan pemandangan yang kacau dengan darah dan potongan tubuh berserakan di sekitar, menambahkan bahwa jumlah korban bisa saja jauh lebih tinggi jika pembom menyerang saat salat.
Pakistan telah menyaksikan lonjakan serangan dalam beberapa tahun terakhir.
Sebanyak 101 orang, sebagian besar petugas polisi, tewas pada tahun 2023 ketika serangan bunuh diri menargetkan sebuah masjid di Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Pihak berwenang Pakistan menyalahkan Taliban Pakistan, yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan, atau TTP, atas serangan-serangan sebelumnya.
Serangan-serangan Dituduhkan kepada Separatis
TTP tidak pernah mengklaim serangan terhadap masjid, dan mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan tempat-tempat ibadah. TTP adalah kelompok terpisah tetapi merupakan sekutu Taliban Afghanistan, yang merebut kekuasaan di negara tetangga Afghanistan pada bulan Agustus 2021 ketika pasukan AS dan NATO berada pada tahap akhir penarikan pasukan mereka dari negara tersebut setelah 20 tahun berperang.
Banyak pemimpin dan pejuang TTP telah menemukan tempat perlindungan dan bahkan telah tinggal secara terbuka di Afghanistan sejak pengambilalihan Taliban, yang juga membuat Taliban Pakistan semakin berani.
Secara terpisah pada hari Jumat, sebuah bom pinggir jalan meledak di dekat sebuah kendaraan yang membawa pasukan keamanan di kota Quetta di Pakistan barat daya, melukai 10 orang, termasuk dua tentara, kata polisi dan pejabat. Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut, tetapi serangan-serangan sebelumnya dituduhkan kepada separatis.
Quetta adalah ibu kota Balochistan, yang selama bertahun-tahun menjadi lokasi pemberontakan yang berlangsung lama. Para separatis menginginkan kemerdekaan dari pemerintah pusat di Islamabad.
Meskipun Pakistan mengatakan telah meredakan pemberontakan, kekerasan di Baluchistan terus berlanjut. (AP)
Editor : Sabar Subekti

Kelompok Uyghur Yang Ditahan di Thailand Kemungkinan Telah D...
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Anggota parlemen, aktivis, dan pengacara Thailand meyakini sekelompok pria ...