Boros Pujian
Berlatihlah untuk menemukan kebaikan seseorang! Jangan mengkritik jika tidak perlu benar.
SATUHARAPAN.COM – Kalau rekan saya mengatakan bahwa ia tidak suka dipuji, saya tahu ia berbohong. Saya yakin tidak ada orang yang tidak suka dipuji. Hanya saja, ada pujian tulus dan bermakna, ada pujian tak tulus dan mengandung agenda tersembunyi. Orang yang bisa membedakan kedua jenis pujian itu, tentu tidak suka jika pujian yang disampaikan hanyalah basa-basi demi tujuan tertentu.
Adi adalah atasan yang menyemangati karena selalu berusaha melihat sisi baik dari bawahannya, lalu memuji mereka. Bukannya ia tak pernah membawa berita buruk mengenai kekurangan mereka. Namun, ia tidak berat sebelah dalam melihat kelebihan dan kekurangan bawahannya, sehingga mereka rela ditegur ketika salah. Dan mereka juga tahu bahwa saat berlaku benar pasti ada apresiasi.
Budi, di sisi lain, adalah atasan yang tidak suka memuji. Ia berprinsip: ”Jika Anda bekerja benar, itu hal wajar karena itulah yang diharapkan dari Anda. Namun, ketika Anda tidak benar, maka saya wajib menegur Anda.” Tentu di mata anak buahnya, Budi cuma bisa melihat keburukan dan tak pernah menghargai prestasi orang lain.
Kenyataannya, dalam tradisi Timur, pujian jarang diberikan karena khawatir yang dipuji akan besar kepala, menjadi egoistik, tidak mau berusaha untuk lebih maju lagi karena merasa sudah mencapai yang diharapkan darinya. Paham begini tak lagi sesuai zaman. Manusia masa kini ingin kejelasan, ingin tahu apakah yang dilakukannya benar atau salah.
Apa sebenarnya kesulitan memberikan pujian? Hanya mengeluarkan kata-kata bukan? Tak harus membayar satu sen pun... lalu kenapa harus dipersulit? Namun, itulah kenyataannya. Orang memilih gengsi dan tidak mengutarakan dengan terus terang.
Nah, jika Anda ingin memberikan pujian:
- Katakanlah hal positif mengenai diri seseorang, sebisanya di hadapan orang banyak. Katakanlah hal negatif mengenai seseorang di balik empat dinding dan di bawah empat mata.
- Sampaikan dengan tulus! Carilah aspek yang ingin dikemukakan dan jangan mengada-ada hanya karena ingin memberikan pujian!
- Berlatihlah untuk menemukan kebaikan seseorang! Jangan mengkritik jika tidak perlu benar.
- Berikan pujian spesifik, bukan general. Misalnya: ”Saya lihat beberapa hari ini Anda sudah tidak datang terlambat lagi. Teruskan tabiat baik ini.” Bukannya: ”Anda memang orang yang rajin.”
- Berikan pujian pada saatnya. Bukan beberapa bulan kemudian karena akan terasa basi dan tak lagi bermakna bagi si penerima.
Apa salahnya menyenangkan hati orang jika dia akan menjadi produktif karena pujian Anda? Berikanlah pujian, bahkan boroslah dengan pujian selama tulus diberikan, pada waktu yang tepat dan spesifik. Itu akan membuat Si Terpuji makin bersemangat dalam menjalankan hal yang baik.
Cobalah!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...