BPIP Ajak Bangsa RI Kembalikan Agama yang Membahagiakan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI (BPIP) Muhammad Amin Abdullah mengajak segenap elemen bangsa Indonesia sebagai umat beragama, agar kembali menjadikan agama sebagai hal yang membahagiakan.
“Terus terang sekarang ini, agama itu terkadang tidak membahagiakan. (Agama) Diintervensi sosial media, hate speech (ujaran kebencian), dan macam-macam. Ayo, kita kembalikan agama (yang) membahagiakan,” kata Amin dalam acara Syafii Maarif Memorial Lecture: Pancasila dalam Tindakan bertajuk “Mengenang Buya Syafii Maarif, Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebinekaan", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube MAARIF Institute, di Jakarta, Selasa (5/7).
Lebih lanjut, dia menyampaikan bangsa Indonesia dapat menjadikan agama sebagai hal yang membahagiakan melalui kesungguhan, sikap tidak fanatik terhadap golongan apa pun atau agama yang dianut, serta menghormati seluruh pihak tanpa memandang perbedaan agama, sebagaimana yang dilakukan oleh cendekiawan Muslim Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii.
Amin mengenang sosok Buya Syafii sebagai seseorang Muslim yang kokoh beragama, namun tetap menghormati kaum non-Muslim.
“Beliau itu (Buya Syafii) orang yang beragama Islam dengan kokoh. Shalatnya berjamaah karena masjid ada di belakang rumah. Jadi, selalu jika ada kesempatan di Yogyakarta dia (shalat) berjemaah. Tapi, dia menghormati non-Muslim, respect (hormat) dengan luar biasa,” kata Amin.
Bahkan dengan sikap yang menjunjung tinggi nilai toleransi itu, lanjut dia, Buya Syafii meraih sejumlah penghargaan, antara lain, Magsaysya Award dalam kategori “Peace and International Understanding” dari Pemerintah Filipina pada tahun 2008.
Lalu pada tahun 2015, Buya Syafii meraih tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena telah menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan demikian, menurut Amin, wafatnya Buya Syafii pada 27 Mei 2022 yang lalu telah meninggalkan sebuah warisan abadi bagi bangsa Indonesia, yaitu mengharmonisasikan elemen keislaman, keumatan, keindonesiaan, kenegaraan, dan kemanusiaan.
“Semua kagum tentang keteladanan beliau. Maka, kepergian beliau sesungguhnya meninggalkan jejak pergulatan, pergumulan, dan dialog yang hidup, yakni bagaimana mengharmonisasikan keislaman, keumatan, keindonesiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan kemanusiaan. Itu sebenarnya warisan abadi untuk kita,” ucap Amin yang juga mantan Pengurus Pusat Muhammadiyah tersebut.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...