BPK PENABUR Bekali Siswa dengan Pelatihan Jurnalistik
SATUHARAPAN.COM - SMPK 6 PENABUR Jakarta membentuk tim jurnalistik melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk melengkapi keterampilan siswanya di luar bidang akademik. Tim Jurnalistik SMPK 6 PENABUR terbentuk kurang dari satu tahun lalu, tim ini memiliki 12 anggota (kelas 7 hingga kelas 9).
Laiknya ekstrakurikuler lainnya, kegiatan jurnalistik diadakan satu minggu sekali sepulang sekolah, setiap selasa sekitar 90 menit.
Mereka memakai lab komputer supaya memudahkan dalam bertukar informasi dan siswa dalam mengerjakan tugas.
Kegiatan selama pertemuan adalah materi dasar jurnalistik seperti belajar tata bahasa, Edisi yang Disempurnakan (eyd), menyunting, berwawancara, praktik menjadi reporter, kaidah jurnalisme dan sebagainya.
Selain itu, siswa juga rutin menulis untuk majalah BEST, web sekolah (termasuk menulis laporan kegiatan sekolah seperti kegiatan Natal, dan sebagainya)
Kegiatan lainnya adalah pernah mengunjungi stasiun TV RCTI untuk belajar langsung jurnalisme, berwawancara dgn produser acara berita dan pembawa acara Seputar Indonesia, dan sebagainya. Selain itu kunjungan ke Gramedia Pustaka Utama utk mempelajari prosedur penerbitan buku jurnalisme.
Berikut salah satu hasil karya anggota Tim Jurnalistik SMPK 6 PENABUR, Tania kelas 8A dengan judul: Dampak Gadget untuk Anak Usia 1-12 Tahun.
Tanpa dibatasi umur, manusia menjadikan gadget sebagai salah satu kebutuhan primer mereka. Begitu juga dengan anak-anak, mungkin sekarang anak-anak begitu terobsesi dengan gadget mereka, hingga tak mengenal lagi budaya asli mereka.
Sekarang, dengan semakin mendekatnya MEA, alangkah baiknya jika masyarakat Indonesia mempersiapkan kedatangannya bukan? Anak-anak pada umumnya tidak suka belajar langsung dengan buku. Nah, gadget dapat membantu edukasi anak-anak terutama dalam berbahasa dan bidang TIK (Teknologi Informasidan Komunikasi). Pada masa yang akan datang, mereka dapat memanfaatkan penguasaan mereka pada bidang TIK dan bahasa sebagai salah satu pertimbangan untuk memilih karier. Selain itu, gadget dapat memicu sifat kompetitif mereka.
Namun sayang, gadget juga membawa dampak lain. Jelas, jika anak-anak sudah terbiasa dengan gadget, mereka akan malas bergerak. Mereka akan lebih sering duduk dengan smartphone di tangan mereka. Ini sangat tidak baik. Mereka terancam bahaya obesites dan diabetes. Jika semua penerus bangsa mengidap obesitas dan diabetes, tentu Indonesia tidak akan makmur, bukan?
Selain itu, anak-anak juga hanya akan tahu simulasi dan teori, mereka tidak tahu cara melakukan dan menerapkannya di kehidupan nyata. Dari bibit yang sederhana ini, ditakutkan, mungkin anak-anak akan bersifat “omdo” atau omong doang, tanpa aksi sungguh-sungguh. Orang-orang seperti itu tidak dapat hidup mandiri, dan akan terus bergantung dengan orang lain. Jika penerus bangsa akan sangat bergantung dengan orang lain tau bahkan negara lain, tanpa berdiri secara mandiri, bagaimana nasib tanah air ini?
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika orang tua dapat membatasi waktu bermain anak-anaknya dengan gadget. Ajak mereka melakukan aktivitas lain, seperti berolahraga, bermain di taman dan bermain dengan teman-teman mereka. (ADV/Humas BPK PENABUR JAKARTA)
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...