BPPT Kembangkan Demo Plant Biomassa Limbah Sawit
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menargetkan pengembangan demo plant biomassa untuk limbah sawit selesai di 2019, sebagai hasil program kemitraan penelitian iptek untuk pembangunan berkelanjutan atau Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS).
"SATREPS ini kan kerja sama dengan Jepang, tujuannya bagaimana kita menciptakan teknologi yang bisa memproduksi biomassa sebanyak-banyaknya, sehingga energi jenis ini lebih kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar fosil," kata Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPS) Adiarso di sela-sela Indonesia-Japan Joint Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production di BPPT, Jakarta, Rabu (17/2).
Target dari kerja sama lima tahun yang dimulai dari 2015 hingga 2019 ini, menurut Adiarso adanya teknologi produksi biomassa yang efisien, yang sudah dapat dimanfaatkan, setidaknya sampai pada pengembangan demo plant.
“Pemilihan pengembangan biomassa dari limbah sawit, berupa tandan buah kosong, karena potensi bahan bakunya sama besarnya dengan produksi mimyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang mencapai 32 juta ton per tahun,” kata Adiarso.
"Indonesia produsen CPO terbesar, sekaligus penghasil limbahnya terbesar".
"Fokus kita memang di tandan kosong sawit, walau sebenarnya apa pun bisa diolah (untuk jadi biomassa).
Selama ini limbah sawit berupa tandan kosong sawit kebanyakan hanya dibuang untuk pupuk alami, di sini lah BPPT ingin memberikan nilai tambah dengan menjadikannya bahan bakar," kata dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan terkait dengan ketersediaan bahan baku berupa tandan buah kosong kelapa sawit, BPPT rencananya akan merangkul PT Perkebunan Nusantara (PTPN), dalam pengembangan demo plant biomassa limbah sawit yang terintegrasi.
"Kita nanti kerja sama dengan PTPN, kita lihat apakah PTPN III, IV, atau V. Nanti dilihat lagi mana yang lebih pas," kata Adiarso.
Sejauh ini, menurut dia, teknologi pengolahan limbah untuk biomassa ini sudah ada yang dikembangkan, tapi baru sampai pada skala laboratorium. Dengan model pengembangan yang dilakukan dalam program SATREPS ini, yakni dimulai dari perencanaan, pembuatan prototipe, pilot plant, hingga menjadi demo plant dapat sekaligus dilakukan analisis kelayakan teknologi sekaligus finansial.
Derajat atau potensi kegagalan, akan menjadi semakin kecil. "Jadi kalau kita per besar (demo plant) kita bisa prediksi kelayakan teknologi dan kelayakan ekonomi, dan risiko kegagalan semakin kecil," kata Adiarso.
Direktur Eksekutif Asian People`s Exchange (APEX) Nao Tanaka mengatakan, thermachemical conversion biomassa, menjadi pilihan paling pas, karena tidak terjadi konflik pangan dibandingkan biochemical conversion.
Tantangannya, menurut dia, yakni mendapatkan gas yang banyak untuk dikonversikan menjadi cair.
Sementara itu, peneliti IPB Armansyah H Tambunan mengatakan, pemilihan teknologi pengolahan limbah sawit yang tepat untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi menjadi tantangan dalam mengembangkan biomassa.(Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...