BPPT Luncurkan Laboratorium Uji Polutan Penyebab Kanker
SERPONG, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama KLHK dan PBB melalui UNIDO atau United Nations Industrial Development Organization, berupaya melakukan identifikasi Indonesia agar terbebas dari polutan limbah berbahaya penyebab kanker, dengan meluncurkan laboratorium uji limbah polychlorinated biphenyls (PCBs). Peresmian laboratorium itu sebagai antisipasi penanganan terhadap limbah yang masuk dalam kategori B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza, menyebutkan ada beragam polutan berbahaya, dikenal sebagai POPs atau Polutan Organik yang Persisten. Salah satunya adalah PCBs atau polychlorinated biphenyls yakni bahan kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh.
"Sama halnya dengan merkuri dan timbal, zat ini sangat berbahaya. Bahkan ini sifatnya organik," katanya, dalam peluncuran yang berlangsung di Gedung Geostech, Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Kamis (10/1/2019), seperti dilansir situs resmi bppt.go.id.
Selain bersifat karsinogenik, PCBs ini juga dapat menyebabkan IQ rendah. Makhluk hidup yang terpapar dampak polutan tersebut, akan menanggung bahaya bila mengonsumsi dalam jumlah tertentu.
Melalui laboratorium uji PCBs ini maka dapat diketahui wilayah mana saja yang telah terkontaminasi senyawa berbahaya tersebut.
"Untuk tahu wilayah mana yang terkontaminasi, hanya bisa dilakukan melalui pengujian menggunakan gas kromatografi yang ada di laboratorium kami," katanya.
Pada kesempatan yang sama Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Rudi Nugroho, memaparkan PCBs bersifat karsinogenik sehingga makhluk hidup yang terpapar secara kronik oleh bahan tersebut berpotensi mengalami kelainan sel.
"PCBs dapat ditemukan dalam minyak transformator, kapasitor, cat dan bahan pewarna, plastik, kertas rendah karbon, dan lain-lain," katanya.
Melalui program hibah, dituturkan Rudi, UNIDO menyediakan perangkat instrumentasi untuk analisis PCBs kepada Pemerintah Indonesia berupa satu unit Gas Chromatograph (GC) dengan dilengkapi Electron Capture Detector (ECD).
Alat tersebut lanjutnya, ditempatkan di Laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT. Perangkat GC-ECD tersebut akan memperkuat kompetensi Laboratorium Lingkungan PTL di bidang pengujian PCBs serta POPs dari jenis yang lain.
"Untuk aplikasi perdana GC-ECD tersebut, akan digunakan dalam pengukuran PCBs dalam sampel minyak transformer hasil survei bersama antara KLHK dengan UNIDO di berbagai entitas di Indonesia yang diperkirakan terdapat PCBs. Dengan itu kita akan dapat melakukan identifikasi wilayah yang tercemar untuk dapat diputuskan langkah selanjutnya yang diambil, baik remediasi atau isolasi di wilayah terdampak," katanya.
Hammam Riza juga memerinci bahwa terkait dengan persoalan global tentang persistent organic pollutants (POPs), BPPT telah memiliki rekam jejak menyangkut hal tersebut.
Sebagai contoh katanya, BPPT telah melakukan riset tentang pemulihan lahan pertanian terkontaminasi POPs dengan teknik bioremediasi dengan pendekatan biostimulation, pemulihan matriks tanah terkontaminasi minyak (mengandung POPs atau PAHs) dengan teknik fitoremediasi dengan memanfaatkan tanaman sebagai salah satu agensia biologik perombak POPs atau PAHs (polycylic aromatic hydrocarbons), dan pemulihan matriks tanah terkontaminasi minyak (mengandung POPs atau PAHs) dengan teknik bioremediasi dengan pendekatan biostimulation maupun bioaugmentation, pemulihan matriks tanah terkontaminasi minyak (mengandung POPs atau PAHs) dengan teknik desorpsi termal, subsitusi pestisida POPs dengan biopestisida, penyusunan detail engineering design (DED) destruksi PCBs dengan teknologi hybrid-BCD dan lain-lain.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...