Brasil Adukan Indonesia ke WTO
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Brasil menyampaikan dua keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization, WTO) terkait dengan kebijakan Indonesia dan Thailad.
Brasil mengadukan Indonesia mengenai aturan impor daging sapi yang dinilai diskriminatif. Sedangkan Thailand diadukan karena memberikan dukungan kepada industri gula domestik yang merugikan industri gula Brasil.
Hal ini dikatakan pernyataan WTO pada hari Selasa (5/4), sebagaimana dilaporkan oleh agweek.com.
Brasil menentang kebijakan Indonesia yang melarang impor efektif pada produk daging sapi tertentu di Indonesia, yang menurut Brasil, merupakan diskriminasi terhadap impor dari negaranya.
Satuharapan.com sedang meminta tanggapan Indonesia mengenai hal ini, tetapi belum mendapat jawaban.
Sementara itu, Brasil menuduh Thailand melanggar aturan WTO tentang subsidi dengan menjalankan kebijakan kuota dan sistem harga yang menjamin harga gula yang ditujukan untuk konsumsi dalam negeri lebih tinggi serta memberikan subsidi silang untuk gula ekspor.
Thailand juga dituduh menyediakan pembayaran tambahan dan subsidi untuk petani tebu untuk mengkonversi lahan pertanian dari beras ke produksi tebu, serta untuk mengembangkan kapasitas tambahan untuk memproduksi tebu menjadi gula.
Thailand dan Indonesia memiliki 60 hari untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Setelah itu lewat, Brasil bisa meminta WTO untuk mengadili.
Sementara itu dalam jawabannya, Thailand mengatakan, "Pemerintah Thailand yakin akan dapat menjelaskan kepada Brasil dan WTO untuk membuat mereka mengerti bahwa kami mematuhi peraturan WTO."
"Sekarang kami sedang menunggu untuk mendengar dari WTO apa keluhan terhadap kami. Kami siap untuk membuat klarifikasi, "kata Worawan Chitaroon, wakil sekretaris jenderal Dewan Gula Thailand.
Tahun lalu, produsen gula Brasil mengatakan mereka sedang mengumpulkan bukti untuk meluncurkan sebuah kasus melawan Thailand dan melawan India untuk subsidi yang membebani mereka sampai US$ 1,2 miliar per tahun.
Brasil mengatakan kebijakan yang menguntungkan Thailand terhadap sektor gula memiliki efek meningkatkan ekspor negara itu di pasar global dari 12,1 persen menjadi 15,8 persen dalam empat tahun terakhir.
Selama periode yang sama, pangsa pasar Brasil jatuh ke 44,7 persen dari 50 persen, menurut kementerian itu.
Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya berencana untuk meluncurkan tindakan hukum terhadap Thailand, yang akan didanai oleh asosiasi industri gula dan etanol Brasil, Unica.
Tapi Sirivuth Siamphakdee, presiden kelompok kerja humas Sugar Millers Corporation Limited, Thailand, kepada Reuters bulan lalu mengatakan tidak ada uang pemerintah yang digunakan untuk mendukung petani tebu.
"Uang itu berasal dari dana CSF, yang berasal dari petani tebu dan pabrik gula. Pemerintah tidak membantu petani tebu. Dana tersebut diperoleh dengan sistem pembagian 70:30 antara petani dan pabrik , yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah. "
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...