Brasil Hadapi Skandal Data COVID-19
Dikhawatirkan epidemi COVID-19 di Barsil akan menjadi yang paling mematikan di dunia.
RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM-Brasil mengadapi kecaman keras dan berlanjut atas penanganan pandemi virus corona pada hari Senin (8/6) setelah negara itu menerbitkan data yang bertentangan tentang kematian dan kasus infeksi. Ini memperparah skandal data COVID-19 di negara itu yang menjadi nomor dua dalam pandemi setelah Amerika Serikat.
Ketidaksesuaian data memicu kecaman dari seluruh spektrum politik, ketika seorang senator meminta penyelidikan oleh kongres. Data awal kementerian kesehatan yang dirilis pada hari Minggu (7/6) tentang jumlah kasus di Brasil dan jumlah korban tewas bertentangan dengan jumlah yang diunggah ke portal data online kementerian itu.
Pada hari Senin, kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan perbedaan itu terutama disebabkan oleh kesalahan dalam jumlah dari dua negara bagian yang kemudian diperbaiki. Ini menjelaskan bahwa kemudian, angka kematian harian yang lebih rendah dari 525 adalah yang benar.
Menghapus Data
Perbedaan ini mengikuti keputusan baru-baru ini untuk menghapus data dari situs web nasional tentang wabah, dan untuk mendorong rilis harian angka terbaru hingga larut malam dan setelah program berita televisi utama negara itu.
"Dengan mengubah angka, Kementerian Kesehatan ‘menutupi matahari dengan saringan’," kata Rodrigo Maia, Ketua Majelis Rendah Brasil. “Kredibilitas statistik perlu segera dipulihkan. Kementerian yang memanipulasi angka menciptakan dunia paralel agar tidak menghadapi kenyataan dan fakta,” tambahnya.
Senator Eliziane Gama, seorang pemimpin partai, meminta Senat untuk membuka penyelidikan tentang angka-angka tersebut, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya komunikasi "konsisten dan transparan" dari Brasil.
Paling Mematikan di Dunia
Brasil menghadapi peningkatan korban tewas COVID-19 dan bisa sampai pada 165.960 kematian pada bulan Agustus, di atas perkiraan untuk Amerika Serikat. Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington. Bahkan perkiraan yang diperbarui menunjukkan bahwa epidemi Brasil bisa menjadi yang paling mematikan secara global.
Bagi Carlos Machado, kepala penelitian di Sekolah Nasional Kesehatan Masyarakat, bagian dari lembaga publik yang disegani di Yayasan Oswaldo Cruz, kurangnya data yang dapat diandalkan di Brasil sangat berbahaya.
"Tidak memiliki data yang diperbarui dan dapat diandalkan selama pandemi ini seperti mengemudi dalam gelap," katanya. "Meskipun kami tidak memiliki vaksin, informasi adalah senjata terbaik yang kami miliki," tambahnya.
Kebingungan mengenai angka-angka tersebut telah memimpin sekelompok media terbesar Brasil untuk meluncurkan sistem pelacakan data mereka sendiri, menurut sebuah laporan di surat kabar Folha de S.Paulo.
Sekretaris Dewan Nasional Kesehatan (Conass), yang menyatukan para kepala departemen kesehatan negara bagian Brasil dan terpisah dari kementerian kesehatan, juga telah menciptakan platform sendiri. Menurut dewan itu, Brasil telah mencatat 680.456 kasus COVID-19 dan 36.151 kematian akibat penyakit itu pada hari Minggu (7/6) sore. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...