Buah Merah Papua Berpotensi Antikanker
SATUHARAPAN.COM - Stroberi, tomat, apel, semangka, dan bit, termasuk buah-buahan berwarna merah, yang sangat sering dijumpai di pasar-pasar atau supermarket. Tetapi, ada salah satu buah-buahan berwarna merah yang mungkin sangat jarang kita lihat, yaitu buah merah.
Bentuknya seperti buah nangka, namun lebih panjang dan ramping. Dagingnya berwarna kuning. Kulit buahnya berwarna merah darah. Buah ini tumbuh di daerah Papua dan sekitarnya. Warnanya merah marun terang saat matang. Buah ini sering disajikan untuk disantap pada saat pesta adat bakar batu di Wamena.
Pada pesta adat bakar batu, seperti dikutip dari travel.detik.com, buah merah dibelah menjadi dua, kemudian daging buahnya dibersihkan hingga tersisa kulit luar. Daging buah berwarna putih kekuningan dan tidak bisa dimakan.
Setelah itu buah merah dibersihkan dan langsung dibakar bersama ubi-ubian dan diletakkan di bagian paling atas. Begitu matang, masih harus diolah lagi untuk dijadikan kuah sayur. Biasanya, sayuran lain yang menjadi teman buah merah adalah pakis atau daun ubi. Selain dijadikan kuah sayur, buah merah biasanya juga diperas dan diambil sarinya untuk dijadikan minuman obat. Buah merah hanya tumbuh di beberapa wilayah di Papua, seperti di Wamena, Nabire, Jayapura, dan Manokwari.
Secara tradisional, buah merah dari zaman dahulu secara turun-temurun sudah dikonsumsi, karena banyak khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti mencegah penyakit mata, cacingan, kulit, dan meningkatkan stamina. Untuk mengkonsumsi buah merah, biasanya dalam bentuk saripati. Bentuknya seperti minyak goreng, hanya saja berwarna merah kental dan berbau seperti wijen.
Menurut Wikipedia, penelitian tentang khasiat pengobatan buah merah pertama kali dilakukan peneliti dosen dari Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura, yaitu Drs I Made Budi MS yang juga dikenal sebagai ahli gizi. Ia meneliti kandungan komposisi gizi sari buah merah yang banyak mengandung antioksidan, karoten, betakaroten dan tokoferol, di samping beberapa zat lain yang meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, omega 3 dan omega 9, yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Bertambahnya sel-sel alami itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.
Demikian pula penelitian yang dilakukan tim Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta , membuktikan sari buah merah memiliki efek antikanker pada sel kanker rahim, payudara, sel kanker usus besar. Aktivitas antikanker dari sari buah merah ini ternyata lebih besar dibandingkan obat kanker doksorubisin.
Sukarti Moeljoprawiro dan rekan-rekan peneliti dari Fakultas Biologi UGM Yogyakarta dan Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Cenderawasih, meneliti pengaruh sari buah merah terhadap pertumbuhan sel kanker payudara dan sel kanker usus besar. Kemampuan sari buah merah dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara dan sel kanker usus besar diuji dengan uji sitotoksisitas.
Dari hasil uji diketahui sari buah merah mempunyai potensi antiproliferatif yang ditunjukkan dengan adanya penghambatan pertumbuhan sel kanker. Sari buah merah selain berpotensi sebagai bahan khemopreventif diperkirakan juga mengandung senyawa sitotoksik.
Pemerian Botani Tumbuhan Buah Merah
Tanaman buah merah seperti dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, tumbuh mengelompok dengan kerapatan 12-30 individu setiap rumpun. Tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada batang sebelah bawah, berwarna cokelat dengan bercak putih, bentuk bulat, dan permukaan berduri. Jumlah akar dalam satu rumpun berkisar antara 11-97. Lingkar batang utama berkisar antara 20-40 cm, tinggi tanaman 2-3,50 m.
Kultivar buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah. Buah merah sendiri panjang buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kg. Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya ada jenis tanaman ini yang berbuah berwarna cokelat dan cokelat kekuningan.
Batang berwarna cokelat dengan bercak putih, berbentuk bulat, berkas pembuluh tidak tampak jelas, keras, arah tumbuh vertikal atau tegak, jumlah percabangan 2-4, dan permukaan berduri.
Ujung daun bertusuk (micronate), pangkal merompong (cut off), tepi daun dan bagian bawah tulang daun berduri. Komposisi daun tunggal dengan susunan daun berseling (alternate). Daun lentur, berwarna hijau tua, pola pertulangan daun sejajar, tanpa tangkai daun (sessile), dan tidak beraroma.
Bunga menyerupai bunga nangka, dengan warna kemerahan. Buah berbentuk silindris, ujung menumpul, dan pangkal menjantung. Saat masih muda, buah berwarna merah pucat, dan berubah menjadi merah bata saat tua. Ada tiga jenis buah merah unggul, yaitu buah merah Mbarugum, Maler, dan Magari.
Umumnya tanaman berumur hingga 10 tahun, berbuah pada umur 3-5 tahun, dan umur buah sampai panen 3-4 bulan.
Tanaman buah merah menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Pandanus conoideus Lam., karena tanaman buah merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandan. Nama lain yang dikenal adalah kuansu (Wamena).
Tanaman buah merah banyak ditemukan di daerah Papua, Papua Nugini. Secara sporadik, mulai ditanam di beberapa daerah seperti Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera.
Di Papua secara tradisional buah merah digunakan sebagai sumber minyak nabati (minyak karotenoid ) oleh masyarakat yang tinggal didaerah pegunungan dan pesisir. Minyak buah merah juga digunakan sebagai penyedap makanan pokok masyarakat Papua, seperti sagu dan ubi jalar. Buah merah mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu 35 persen per berat kering.
Kandungan asam lemak sama dengan kandungan asam lemak dari minyak goreng pada umumnya. Dengan demikian, buah merah juga memiliki potensi sebagai sumber minyak nabati selain kelapa dan kelapa sawit. Minyak buah merah berasal dari lapisan merah seperti jelly yang menempel pada bijinya . Produksi minyak buah merah hingga sejauh ini masih dilakukan dengan metode tradisional, yang mungkin saja bisa berbeda dari satu daerah dan daerah lain di Papua.
Ampas buah merah dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan unggas. Bagian akkar dibuat tali, daun diolah menjadi tikar, dan batang sebagai bahan tambahan papan rumah.
Budi daya tanaman ini dipelopori oleh seorang warga lokal Nicolaas Maniagasi sejak tahun 1983, dan atas jerih payahnya tersebut mendapatkan penghargaan lingkungan hidup Kehati Award 2002.
Khasiat Herbal Buah Merah
Kandungan nutrisi buah merah mengandung omega 3, omega 6, dan asam lemak omega 9. Dari total seluruh kandungan lemak pada buah merah, yang paling dominan adalah asam lemak oleat dengan jumlah 30 persen dari total lemak.
Buah merah juga mengandung antioksidan seperti karotenoid yang cukup tinggi, serta vitamin E atau tokoferol 11,000-12,000 ppm. Senyawa lain yang ditemukan dalam buah merah adalah beta karoten, dengan nilai hingga 12.000 ppm. Beta karoten di antaranya berkhasiat untuk mencegah kebutaan (xerophtalmia ), serta penyakit gondok, dan juga dapat digunakan sebagai agen antikanker.
Tim peneliti program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, meneliti aktivitas antihipoglikemik ekstrak buah merah pada tikus putih. Penelitian itu menggunakan hewan uji tikus putih jantan strain Wistar, umur 3-4 bulan dan berat badan 150-200 gram yang dikondisikan dalam keadaan diabetes. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak buah merah menurunkan kadar glukosa puasa darah tikus putih.
Penelitian buah merah juga dilakukan Shelly Fauzia dari Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, pada 2006, seperti dikutip dari ubaya.ac.id, mengenai efektivitas ekstrak daun buah merah terhadap penderita hiperlipidemia. Subjek penelitiannya adalah penderita hiperlipidemia, baik pria maupun wanita dengan kadar kolesterol total > 200mg/dl, kadar kolesterol LDL > 145mg/dl, dan kadar kolesterol HDL < 45mg/dl.
Pasien uji diberi sari buah merah, tiga kali sehari sebanyak 5ml serta diatur pola makannya. Sementara itu pasien kontrol hanya diatur pola makannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan sari buah merah dengan dosis tiga kali sehari sebanyak 5 ml, dapat memberikan efek untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada penderita hiperlipidemia.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...