Buah Naga, Kaktus Tak Berduri Kaya Nutrisi
SATUHARAPAN.COM – Pernah makan buah naga? Buah yang bentuknya khas itu, rasanya manis atau asam, bergantung pada spesiesnya. Bentuk yang paling umum adalah warnanya yang merah, berukuran lebih kecil dari melon, dan ditutup dengan pertumbuhan runcing.
Buah naga harus dibelah hingga daging buahnya terlihat ketika akan dikonsumsi. Tekstur buahnya sering disamakan dengan buah kiwi karena bijinya yang hitam dan renyah. Daging buahnya agak manis ketika dimakan dan memiliki kandungan kalori rendah.
Biji buah naga memiliki rasa pedas serta kaya akan lipid, yang dimakan bersama daging buahnya, namun bijinya harus dikunyah karena sulit dicerna oleh tubuh. Selain dimakan langsung, buah naga juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman seperti sup, salad, keripik, agar-agar, jus buah, bubur mutiara, dan sebagainya.
Sepotong buah naga, dapat memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Sekalipun tergolong buah eksotis, buah ini cocok dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Berbagai nutrisi yang dikandung buah ini bagus untuk kesehatan bayi, balita, anak-anak, hingga orang dewasa dan orang tua. Buah ini juga aman dikonsumsi perempuan hamil dan menyusui.
Dikutip dari malut.litbang.pertanian.go.id, buah naga kaya akan nutrisi, selain kaya vitamin. Antioksidan yang terdapat pada buah naga merah memiliki khasiat sangat ampuh dalam mengatasi serangan radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kanker, penyakit jantung, kolesterol tinggi, dan asam urat. Buah naga sangat dipercaya dalam membantu masalah penurunan berat badan berlebih. Mengkonsumsi buah naga merah dapat dijadikan solusi dalam mengatasi masalah pencernaan.
Buah naga merah memiliki senyawa lain seperti betakaroten yang sangat bermanfaat dalam menjaga dan memelihara kesehatan mata. Buah naga merah memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. Hal ini dapat bermanfaat dalam membantu untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit dan virus yang menyebabkan demam, batuk, flu, dan pilek.
Studi tahun 2011 yang diterbitkan dalam Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, menyebutkan asupan tinggi buah-buahan, sayuran, dan makanan kaya likopene, termasuk aktif secara fisik, bisa secara signifikan mengurangi risiko penyakit kanker. Sementara itu buah naga mengandung karoten, yang terkait dengan antikarsinogenik, likopen, dan polifenol, pada kulit buahnya dan pada buahnya, yang terbukti terkait menurunkan risiko kanker dan tumor.
Menurut Kevin J Meehan, praktisi holistik dan pendiri Meehan Formulasi dan pemilik Teton Valley Klinik Kesehatan di Jackson, Wyoming, Amerika Serikat, buah naga mengandung fosfor yang dibutuhkan sel dalam tubuh, yang dapat membantu mencegah penuaan dini.
"Kandungan vitamin C buah ini telah memberikan potensi kesehatan kaya lemak tak jenuh yang penting untuk tubuh dan kadar fosfor,” kata Meehan, di Jackson, Wyoming, 3 Juni 2015, seperti dikutip dari medicaldaily.com.
Morfologi Buah Naga
Tanaman buah naga, menurut Wikipedia terdiri atas akar, batang, duri, bunga, dan buah. Akar buah naga adalah akar serabut yang berkembang dalam tanah pada batang atas sebagai akar gantung. Akar tumbuh di sepanjang batang pada bagian punggung sirip di sudut batang.
Pada bagian duri, akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok berkembang menjadi buah.
Buah naga berbentuk bulat agak lonjong, seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai yang dianalogikan dengan sisik naga. Sebab itu, buah ini disebut buah naga.
Batangnya berbentuk segitiga. Durinya sangat pendek dan tidak mencolok, sehingga sering dianggap "kaktus tak berduri".
Bunganya mekar pada awal senja, jika kuncup bunga sudah berukuran sekitar 30 cm. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem, mekar sekitar pukul sembilan malam, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih, meliputi sejumlah benang sari yang berwarna kuning. Bunga seperti corong itu akhirnya terbuka penuh pada tengah malam, karena itu buah naga dikenal sebagai night blooming cereus. Saat mekar penuh, buah naga menyebar bau harum. Aroma ini untuk memikat kelelawar, agar menyerbuki bunganya.
Menurut balitbu.litbang.pertanian.go.id, nama ilmiah buah naga adalah Hylocereus undatus, dari jenis kaktus marga Hylocereus dan Selenicereus. Nama lainnya adalah pitaya atau pitahaya (Amerika Selatan), dragon fruit (bahasa Inggris), kaew mang kron, (Thailand), honey fruit atau red dragon fruit (Amerika Serikat), atau paw wong fa kor (Tiongkok). Secara umum ada tiga jenis buah naga yang dibudidayakan, yaitu kulit merah, daging buah putih (Hylocereus undatus), kulit merah, daging buah merah (Hylocereus polyrhizus) dan kulit kuning, daging buah putih (Selenicereus megalanthus).
Dari ketiga jenis tersebut, yang paling banyak dibudidayakan secara komersial adalah yang berkulit merah dengan daging buah merah dan putih. Buah naga memiliki rasa enak, manis, kadang-kadang sedikit asam, dapat dikonsumsi sebagai buah segar, maupun diolah, serta sebagai campuran makanan dan minuman lain.
Buah naga merah memiliki banyak manfaat untuk membantu mengatasi dan membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Mulai dari batang buah, daging buah, sampai dengan kulit buah, memiliki banyak kandungan vitamin dan zat yang sangat bermanfaat. Dokter juga sangat merekomendasikan buah naga merah sebagai buah konsumsi yang bisa digunakan untuk terapi dalam penyembuhan suatu penyakit.
Buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa Jepang, Israel, Australia utara, dan Tiongkok selatan.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Prancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Tiongkok, buahnya dianggap membawa berkah. Sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar.
Di Indonesia, buah naga dibudidayakan di daerah Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Ponorogo, Wonogiri, Kalibawang, Kulon Progo, Batam, dan Bandung.
Industri buah-buahan di luar negeri menggunakan buah naga dalam pembuatan anggur. Buah, bunga, dan batang dari spesies Selenicereus grandiflorus khususnya, digunakan dalam pembuatan obat-obatan.
Manfaat Herbal Buah Naga
Buah naga, seperti dikutip dari foodfacts.mercola.com, memiliki sejumlah fitronutrien, kaya akan antioksidan, mengandung vitamin C (setara dengan 10 persen dari nilai harian) polyunsaturated fatty acids atau asam lemak tak jenuh (baik), beberapa vitamin B untuk metabolisme karbohidrat, serta karoten dan protein.
Buah naga dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Sebuah studi dalam jurnal Pharmacognosy Research pada 2010 menemukan, konsumsi buah naga bisa menurunkan risiko berkembangnya penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Selain itu, buah eksotis ini merupakan sumber lemak tak jenuh yang bagus untuk menjaga kesehatan jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, mengidentifikasi aktivitas antioksidan dalam esktrak buah naga. Mereka menyimpulkan ekstrak buah naga memiliki aktivitas antioksidan dan memiliki total kandungan fenol.
Sedangkan Ira Indriasari dari program studi ilmu biomedik Universitas Udayana Bali, meneliti ekstrak etanol buah naga merah yang memperbaiki profil lipid pada tikus wistar jantan. Dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan ekstrak buah naga dapat memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) dengan dislipidemia secara signifikan terutama trigliserida. Ekstrak yang banyak mengandung antosianin itu dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki kemampuan meningkatkan kadar kolesterol HDL, menurunkan kadar kolesterol LDL, dan sebagai alternatif memperbaiki profil lipid penyebab penyakit kolesterol darah.
Made Ary Sarasmita, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Bali, seperti dikutip dari unud.ac.id, melakukan uji sitotoksisitas esktrak etanol limbah kulit buah naga merah pada sel kanker payudara in vitro dan in silicio. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga memiliki potensi sebagai agen sitotoksik, yang karena memiliki kemampuan betasianin menghambat protein target IκB kinase (IKK) dengan afinitas -6,15 kkal/mol sehingga NF-κB terinaktivasi dan proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...