Buka Sidang Agung Gereja, Menag: Keluarga Sekolah Utama dan Pertama
CIMACAN, SATUHARAPAN.COM – Konferensi Waligereja Indonesia menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV Tahun 2015 di Cimacan, Jawa Barat.
Acara yang dihadiri para uskup se-Indonesia, Ketua KWI Monsinyur Ignatius Suharyo, dan Dubes Vatikan untuk Indonesia ini dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, pada hari Senin (2/11).
SAGKI yang berlangsung dari tanggal 2 – 7 November 2015 ini menyoroti fungsi dan keberadaan keluarga dalam mewujudkan nilai-nilai Injili. “Keluarga adalah sekolah yang utama dan pertama,” kata Menag saat memberikan sambutan.
Menurut Menag, pengetahuan dan nilai kebajikan yang awal diperoleh oleh seorang anak dari keluarga, terutama dari ibu. Karena itu, ibu merupakan pilar utama dari rumah tangga.
Fungsi dan peran keluarga, kata Menag, harus ditingkatkan, mengingatkan saat ini orangtua dihadapkan pada tantangan globalisasi. Anak-anak sekarang tidak lagi sepenuhnya mengandalkan orangtua dan guru dalam mengakses informasi, karena ada internet. Nilai-nilai kebajikan yang dahulunya didapatkan langsung dari guru, orangtua, pendeta, dan lainnya, saat ini bisa didapatkan secara langsung dan instan dari internet. Nilai-nilai yang diakses dari internet tentu tidak semuanya positif, dan di sinilah yang menjadi salah satu tantangan keluarga ke depan.
Menag berharap kegiatan ini bisa menghasilkan hal-hal yang berguna bagi pembentukan keluarga yang benar-benar menjadi tempat sukacita dan damai, keluarga yang benar-benar Katolik, dan benar-benar menjadi warga Indonesia yang cinta kasih sayang di tengah masyarakat yang majemuk.
“Semoga acara ini bisa menghasilkan rekomendasi yang baik, sebagai kontribusi yang konstruktif bagi bangsa Indonesia tercinta,” kata dia.
Sebelumnya, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Monsinyur Antonio Guido Filipazzi menyampaikan, Gereja adalah keluarga. Gereja merupakan rumah tangga dan keluarga, keduanya saling memberi dan menerima satu sama lain, yang satu berkembang maka yang lain berkembang pula.
Bagi Monsinyur Filipazzi, keluarga menjadi pewarta iman bagi semuanya. Keluarga Kristiani menjadi tempat pendidikan doa yang pertama.
“Kita harus selalu membangun gereja yang menjadi keluarga Allah sejati, yang membuat kita satu keluarga untuk mendekatkan diri kepada-Nya,” kata dia.
Dalam pandangan Monsinyur Antonio Filipazzi, era globalisasi dan modernitas dapat memudarkan peran keluarga dalam mendidik anak-anak. Selain arus informasi yang demikian hebat, kesibukan orangtua untuk mencari nafkah atau kebutuhan keluarga juga berpotensi menjadikan perkembangan anak terabaikan. Untuk hal itu, Monsinyur berharap SAGKI IV ini bisa menghasilkan rekomendasi berupa upaya-upaya strategis dalam mewujudkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai Injili, cinta kasih, suka cita, melayani dan kasih sayang dalam keluarga.
Ditemui seusai pembukaan, Dirjen Katolik Kementerian Agama, Eusabius Binsasi, menyampaikan mengangkat tema ‘keluarga’ pada SAGKI IV ini, menurutnya, karena Gereja Katolik melihat keluarga menjadi dasar dalam kehidupan bersama. Jika keluarga baik, maka di luar keluarga juga akan baik.
“Indonesia adalah keluarga. Katolik mempunyai paham kekitaan. Persoalan bangsa persoalan kita,” kata Eusabius Binsasi.(kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...