Bukti Damai Bersama Lupus
Berdamai dengan Lupus itu berarti Lupus (dan semua konsekuensinya) tidak membebani diri sendiri dan relasi dengan sesama.
SATUHARAPAN.COM – Sudah genap 14 tahun saya hidup berdampingan dengan Si Belahan Raga yang bernama Lupus Eritematosus Sistemik. Agustus 2003 adalah awal saya berjumpa dengan Lupus. Karena dia penyakit autoimun yang tak dapat hilang, dia bertahan sampai Agustus 2017.
Meskipun saya sudah berdamai dengan Lupus, tetap saja tidak semua orang di sekitar saya dapat merasakannya, khususnya rekan-rekan kantor. Mereka selalu dag-dig-dug kalau dapat jatah dinas keluar kota dengan saya. Mereka memilih tidak membagi beban kerja kepada saya. Mereka khawatir, cenderung ngeri kepada saya. Ah, saya menjadi monster kecil di kantor.
Dua tahun beradaptasi dengan ritme kerja yang keras di kantor akhirnya membuahkan hasil. Teman-teman yang awalnya takut, kini tak lagi. Mereka mengakui: ”Mbak Vina sekarang seger ya, nggak kayak awal-awal di sini dulu sering sakit-sakitan, sering pingsan.”
Hai, berdamai tidak mudah. Berdamai dengan diri sendiri sudah kelar, belum tentu berbarengan dengan proses berdamai dengan sesama manusia dan alam sekitar. Butuh olah raga, olah akal, olah ego yang tidak murah harganya. Butuh jatuh bangun latihan guna membangun ketahanan tubuh dalam menghadapi tuntutan aktivitas kerja. Butuh ”makan ati” kala meyakinkan orang-orang sekitar bahwa saya baik-baik saja. Butuh pembuktian yang nyata terhadap mereka bahwa saya bisa diandalkan.
It takes time, and somehow drama queen. Semua orang dengan Lupus (Odapus) pasti paham apa rasanya diremehkan. Diperlakukan berbeda karena Lupus itu sungguh tidak nyaman. Kata-kata pembelaan diri jelas tidak mempan mengubah cara pandang orang di luar sana, mereka yang tidak hidup dengan Lupus.
Demi berdamai, Odapus perlu berlatih. Berlatih bukan dalam rangka membungkam kekhawatiran atau sinisme dari pihak luar. Berlatih itu menghimpun ketekunan dan kesabaran agar tak terintimidasi dan kecil hati. Berlatih juga mengatur tenaga untuk porsi kegiatan fisik yang lebih banyak. Intinya berlatih bukan supaya dapat apresiasi.
Saya tidak sembuh dari Lupus, sampai sekarang masih minum obat. Kalau tugas sedang menumpuk saya bisa kelelahan. Tanpa didukung obat, tidur cukup dan asupan makanan yang bergizi, saya tetap tumbang. Tetapi sesi latihan harus jalan terus: mengenali kebutuhan Lupus saya dan mengantisipasinya. Itulah kesembuhan versi penderita penyakit autoimun seperti Lupus.
Healing doesn’t mean the damage never exsisted, it means the damage no longer controls out lives. Berdamai dengan Lupus itu bukan berarti menganggap Lupus (dan semua konsekuensinya) tidak ada. Berdamai dengan Lupus itu berarti Lupus (dan semua konsekuensinya) tidak membebani diri sendiri dan relasi dengan sesama. Berdamai tidak untuk diucapkan, tetapi dikerjakan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...