Buku Khazanah Arsitektur Dayak Angkat Potensi Heritage Kalimantan
PONTIANAK, SATUHARAPAN.COM - Tim Perjalanan Mengenal Borneo batch #1 yang didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dana Indonesiana, serta LPDP, meluncurkan buku Khazanah Arsitektur Dayak yang menyoroti kekayaan arsitektur tradisional suku Dayak di Kalimantan.
"Peluncuran buku buku Khazanah Arsitektur Dayak ini kita laksanakan berbarengan dengan tiga agenda utama, yakni peluncuran buku Khazanah Arsitektur Dayak, diskusi dialog bertajuk Masa Depan Heritage di Kalimantan Barat, serta Heritage Booth Camp di Rumah Betang Nek Bindang, Kabupaten Sanggau," kata salah satu anggota tim perjalanan mengenal Borneo, Arniyanti di Kabupaten Sanggau, Minggu (13/10).
Dia mengatakan, peluncuran buku Khazanah Arsitektur Dayak akan menyoroti kekayaan arsitektur tradisional suku Dayak. Buku ini mengkaji 11 rumah betang di Kalimantan yang dipilih berdasarkan keaslian, umur, dan keunikan arsitekturnya.
Dalam peluncuran ini, kontributor yang terlibat dalam penulisan akan memaparkan karya mereka, disusul dengan tanggapan dari sejumlah ahli, seperti Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Yori Antar dari Uma Nusantara, serta Valentinus Pebriano dari Universitas Tanjungpura.
Diskusi mengenai masa depan heritage di Kalimantan Barat akan menghadirkan tiga tema penting, yaitu aksi regulasi yang sedang berjalan, langkah yang perlu dilakukan, dan kebutuhan masyarakat lokal dalam menjaga warisan budaya.
Diskusi itu dipandu oleh Yeni Mada dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan melibatkan para ahli, termasuk M. Andri WP dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XII Kalimantan Barat, Valentinus Pebriano, serta Herman, pemuda dari Desa Balai Belungai.
"Selain itu, Heritage Booth Camp akan mengajak para partisipan untuk mengeksplorasi secara langsung Rumah Betang Nek Bindang di Desa Balai Belungai, Kecamatan Soba, Kabupaten Sanggau. Peserta akan tinggal dan merasakan kehidupan di dalam rumah adat yang juga menjadi salah satu objek yang didokumentasikan dalam buku Khazanah Arsitektur Dayak," tuturnya.
Di tempat yang sama, penyusun buku ini, Yoris Mageda, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan buku tersebut, termasuk 11 kontributor yang berasal dari seluruh wilayah Kalimantan.
Yoris mengungkapkan harapannya agar peluncuran buku ini bisa memicu gerakan serupa untuk lebih mendokumentasikan warisan budaya di Kalimantan.
"Literatur dan inventarisasi kebudayaan kita masih sangat minim, khususnya di Kalimantan. Kami berharap ini menjadi awal yang baik untuk membangun fondasi agar pengetahuan lokal bisa berkembang lebih baik ke depannya," tuturnya.
Dalam rangkaian kegiatan ini, Yoris juga menegaskan pentingnya dokumentasi dan literasi budaya sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada, sekaligus memberi kesempatan generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian kebudayaan melalui berbagai bentuk aksi.
"Kegiatan diseminasi ini diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang pentingnya pelestarian warisan budaya dan mendorong partisipasi berbagai pihak untuk terus mendokumentasikan dan mengembangkan khazanah budaya yang ada di Kalimantan Barat," katanya.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...