Bungur, Peneduh Jalan Cantik Berkhasiat Obat
SATUHARAPAN.COM – Popularitas tanaman hias tabebuya asal Brasil yang belakangan ini naik daun, mengusik untuk membuka-buka kembali referensi tentang tanaman hias peneduh jalan berbunga cantik yang dulu pernah populer di negeri ini. Flamboyan (Delonix regia), tengguli (Cassia fistula), tanjung (Mimusop elengi), bungur (Lagerstroemia speciosa), contohnya, pernah pada suatu masa menghiasi ruas-ruas jalan di kota-kota besar. Bahkan nama-nama pohon itu pun diabadikan sebagai nama-nama jalan di beberapa kota besar.
Seiring perjalanan waktu, keberadaan pohon-pohon tersebut digantikan pohon peneduh jalan lain seperti mahoni, ekaliptus, hingga angsana. Pohon peneduh jalan berbunga cantik pun dilupakan, nyaris tak dikenal sosoknya, hingga kemudian datang tanaman introduksi tabebuya asal Brasil.
Jika Anda sedang melintasi kawasan Taman Nasional Bali Barat saat ini, flamboyan sedang berbunga, menampakkan pesonanya. “Di antara tegakan pohon meranggas, pemandangan kekeringan, pohon-pohon flamboyan ditutupi bunganya yang merah, meneggantikan kehijauan tajuk daun. Bagus sekali,” Roossusetyo, penggemar fotografi yang sedang berburu foto pemandangan alam, mengabarkan dan menggirimkan foto, Jumat (13/12/2019) pagi.
Sama seperti flamboyan dan juga tengguli, bungur adalah pohon peneduh jalan yang terlihat cantik ketika bunganya yang berwarna merah jambu keunguan mekar bersama-sama. Sebagai peneduh jalan, bungur masih dapat dijumpai, di antaranya di kawasan Cawang Baru Tengah, Jakarta Timur, dan ruas jalan Kampung Dua – Kranji, Bekasi. Bungur baru saja mengakhiri masa pembungaan, memasuki masa pembentukan biji.
Dalam Useful Tropical Plants, mengutip dari lamannya, tropical.theferns.info, masyarakat sejak lama mengambil bagian-bagian tumbuhan bungur di alam untuk dimanfaatkan secara lokal sebagai obat dan sumber bahan perkakas.
Kayu bungur berkualitas baik. Di Myanmar dan di kawasan Assam, bungur bahkan dianggap sebagai salah satu pohon kayu terbaik dan sering diperdagangkan.
Tumbuhan ini disebutkan tahan kebakaran dan tahan amukan badai.
Pengenalan Morfologi Bungur
Bungur memiliki nama ilmiah Lagerstroemia speciosa (L.) Pers. Dalam bahasa Inggris, mengutip Useful Tropical Plants, melalui lamannya, tropical.theferns.info, tumbuhan ini disebut Pride Of India.
Bungur adalah tumbuhan pohon berbunga, tingginya dapat mencapai 10-30 m. Batangnya bulat, percabangan dari mulai sisi pangkalnya, berwarna cokelat muda. Kulit kayunya tipis dan gampang terluka.
Daunnya daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun berupa oval, elips, atau memanjang, tidak tipis seperti kulitnya, panjang 9-28 cm, lebar4-12 cm, berwarna hijau tua.
Bunga majemuk berwarna merah muda keunguan dengan kelopak yang kusut, tersusun dalam malai yang panjangnya 10-50 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting.
Buahnya buah kotak, berupa bola hingga bulat memanjang, panjang 2-3, 5 cm, beruang 3-7, buah yang masih muda berwarna hijau, sesudah masak jadi cokelat. Ukuran biji cukup besar, pipih, ujung bersayap berupa pisau, berwarna cokelat kehitaman.
Bungur bisa diperbanyak dengan biji yang keluar setelah proses pembungaan selesai, atau diperbanyak dengan pencangkokan.
Pohonnya bercabang-cabang, namun dapat dibentuk sesuai keinginan melalui pemangkasan.
Mengutip cabi.org, mengambil dari studi C Orwa, A Mutua, R Kindt, R Jamnadass, A Simons (2009) “Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0. (dari http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/), nama Lagerstroemia dipilihkan untuk tumbuhan tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Magnus von Lagerstroem, pencinta alam asal Swedia yang mengirimkan spesimen tumbuhan ini, yang ia peroleh dari penjelajahannya ke negara-negara Timur, kepada ahli botani Linnaeus.
Wikipedia menyebutkan bungur ditemukan tersebar di Filipina, Thailand, Indonesia, Ôаn Jepang. Sementara itu, laman tropical.theferns.info menyebutkan sebaran tumbuhan ini lebih luas, ditemukan di negara-negara India, Sri Lanka, China, selain negara-negara Asia Tenggara, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Cambodia, Vietnam, dan Filipina.
Tanaman itu relatif lebih gampang tumbuh di beberapa tipe tanah. Bungur bisa diketemukan di rimba jati, baik di tanah gersang ataupun di tanah subur rimba heterogen berbatang tinggi. Terkadang, bungur ditanam juga sebagai pohon hias atau pohon pelindung di pinggir jalan.
Di Jawa, mengutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, bungur bisa tumbuh hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut (m dpl). Di luar itu, bungur banyak diketemukan pada ketinggian di bawah 300 m.
Bungur juga bukan tumbuhan yang lambat pertumbuhannya. Tanaman ini sudah berbunga dua tahun dari perbanyakan dengan biji.
Manfaat dan Khasiat
Dalam Useful Tropical Plants disebutkan daun bungur memiliki khasiat sebagai pencahar. Masyarakat tertentu di Filipina memanfaatkan daun kering, yang dikenal sebagai banaba, untuk obat herbal diabetes dan masalah kemih.
Tapal daunnya digunakan untuk meredakan demam malaria dan juga diberikan pada kaki yang pecah-pecah.
Rebusan kulit digunakan sebagai obat diare dan sakit perut.
Akar, batang, dan daunnya, mengandung asam hidrosianat.
Studi Robinson (1991) dan Markham (1988), seperti dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, menyebutkan senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan ini umumnya menyebar rata ke semua sisi tumbuhan namun dalam kandungan yang berlainan.
Daun dan bunga diketahui memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, serta tannin. Biji memiliki kandungan senyawa plantisul, sedang kulit batang bungur memiliki kandungan senyawa kelompok flavonoid. Senyawa metabolit sekunder pada daun tanaman bungur atau ketangi yaitu plantisul, saponin, flavonoida, serta polifenol.
Plantisul adalah zat sejenis insulin nabati serta mempunyai aktivitas seperti insulin. Sedang saponin yaitu senyawa berupa glikosida yang menyebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, tetapi dengan konsentrasi berlainan di bagian spesifik, bergantung pada varietas tanaman serta tahapan perkembangan.
Riset menunjukkan saponin bisa meningkatkan sistem imun, berbentuk antioksidan, bisa menghindarkan kanker, antivirus, bisa menghalangi perkembangan jamur, serta umumnya dipakai juga sebagai bahan antiseptik.
Flavonoida, adalah satu grup senyawa fenol yang paling besar yang diketemukan di alam. Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang ada pada tanaman berwarna hijau, kecuali alga. Senyawa itu bisa diketemukan pada batang, daun, bunga, serta buah tanaman.
Flavonoid berfaedah antara lain membuat perlindungan susunan sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, menghindari keropos tulang, juga sebagai zat antiinflamasi, antioksidan, antibiotik, serta sebagai pencegah kanker (zat antioksidan). Flavonoid disebutkan bisa menghindari terjadinya penyakit degeneratif (penyakit yang berlangsung bersamaan berjalannya sistem penuaan atau bertambahnya umur) lewat cara menghindari terjadinya sistem peroksidasi lemak lewat cara menangkap radikal bebas serta menghelat ion logam transisi.
Polifenol, adalah grup zat kimia yang diketemukan pada tumbuhan. Manfaat intinya yaitu juga sebagai antioksidan alami. Polifenol bisa mengurangi penimbunan low density lipid (LDL) dalam darah, dan dapat menghindari oksidasi dalam pembuluh darah yang mengakibatkan pembekuan trombosit abnormal. Bahkan juga polifenol yaitu antioksidan yang kelompok bioflavonol yang mempunyai kemampuan tambah lebih efisien dari vitamin C serta vitamin E.
Selain sebagai tanaman peneduh yang baik, tanaman bungur dimanfaatkan untuk obat-obatan alami. Bagian yang kerap dipakai juga sebagai obat yakni biji, daun, serta kulit kayu. Biji bisa dipakai untuk menyembuhkan desakan darah tinggi serta kencing manis. Daunnya dipakai untuk menyembuhkan kencing batu, kencing manis, serta desakan darah tinggi, sedang kulit kayu dipakai untuk menyembuhkan diare, disentri, serta kencing darah (K Heyne, 1987 ; Dalimartha, 2003).
Daun bungur juga kaya antioksidan yang mempunyai dampak pembersihan pada badan serta meningkatkan sistem kekebalan badan. Ekstrak daun bungur dipakai juga sebagai obat herbal untuk diabetes di bagian-bagian tertentu di dunia. Ekstrak daun bungur kaya asam korosolat yang disebut insulin tanaman yang sudah dapat dibuktikan mempunyai dampak terapi antidiabetes.
Manfaat asam korosolat yakni mempunyai kekuatan untuk mengatur tingkat insulin serta glukosa, penurunan tingkat gula darah, penurunan nafsu makan serta cravings karbohidrat. Pengujian pada hewan juga menunjukkan bahwa ekstrak bungur bisa meningkatkan insulin, mengurangi glukosa darah, serta meningkatkan hipoglikemia.
Soraya Riyanti dan Asep Gana Suganda (Kelompok Keilmuan Biologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB) bersama Julia Ratnawati dan Muhammad Ibnu Shaleh (Kelompok Keilmuan Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi), melakukan studi “Potensi Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) sebagai Herbal Antidiabetes dengan Mekanisme Penghambat Alfaglukosidase”.
Tumbuhan bungur termasuk dalam famili Lytrharceae. Famili Lythraceae telah diketahui memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetes, antiinflamasi, antimikroba, serta antiobesitas.
Daun dan buah bungur memiliki aktivitas dalam menghambat alfa-glukosidase. Berdasarkan teori khemotaksonomi di dalam tumbuhan, kemungkinan bagian lain dari tumbuhan bungur memiliki aktivitas dan kandungan kimia yang sama, sehingga dilakukan pengujian aktivitas penghambatan terhadap alfaglukosidase pada bagian kulit batang bungur.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak dan fraksi-fraksi (air, etil asetat, dan n-heksana) kulit batang bungur mampu menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Aktivitas yang paling baik ditunjukkan oleh fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 79,479±0,52 µg/ml.
AR Astiti Asih dan M Adi Setiawan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bali, melakukan studi “Senyawa Golongan Flavonoid pada Ekstrak n-Butanol Kuit Batang Bungur (Lagerstroemia speciosa, Pers.)”.
Kedua peneliti melakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari kulit batang bungur. Isolasi dilakukan dengan cara maserasi dan partisi, yang menghasilkan ekstrak kental n-heksana, ekstrak kental etil asetat, dan ekstrak kental n-butanol. Ekstrak kental n-butanol positif secara fitokimia dan paling banyak kuantitasnya, dilanjutkan untuk dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom.
Isolat F2.6 dari ekstrak n-butanol positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari spektrum Ultra Violet - Visibel, dapat diduga bahwa senyawa flavonoid tersebut merupakan golongan flavanon atau dihidroflavanol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya.
Editor : Sotyati
Pengadilan Swedia Hukum Politisi Sayap Kanan Karena Menghina...
MALMO-SWEDIA, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Swedia menjatuhkan hukuman pada hari Selasa (5/11) kepada s...