Bupati Banyuwangi Paparkan Prinsip Kreatif Kembangkan Daerah
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan 20 prinsip kreatif pengembangan daerah di depan peserta Konferensi Kota Kreatif yang baru saja digelar di Ternate.
Ia diundang ICCN (Indonesia Creative Cities Network) untuk memaparkan prinsip-prinsip kreatif mengembangkan daerah. “Dua puluh prinsip kreatif itu, ya kira-kira hasil rangkuman dari perjalanan menjadi bupati Banyuwangi. Program berhasil, program kurang sukses, semua kita cari benang merahnya. Lalu ada 20 prinsip kreatif itu,” kata Anas di Banyuwangi, 8 September lalu.
Ke- 20 prinsip kreatif itu bisa dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar, yaitu inovasi, pemasaran daerah, dan kepemimpinan. Di dalam bagian inovasi, terdapat enam prinsip kreatif. Di bagian pemasaran daerah ada tujuh prinsip kreatif. Di bagian kepemimpinan ada tujuh prinsip.
Enam prinsip kreatif dalam bagian inovasi antara lain prinsip paradoks, daya saing, mencipta, ATM (amati, tiru, modifikasi), fokus, dan proaktif. “Prinsip kreatif paradoks, misalnya kita ubah puskesmas dari pelayanan orang sakit menjadi mall orang sehat. Lalu kita coba ubah bukan semata-mata PAD (pendapatan asli daerah), tapi program untuk penggerak PDRB (produk domestik regional bruto),” ujarnya.
Ia mencontohkan, dalam prinsip fokus, yang dilakukan adalah ”semakin terbawah, maka semakin menjadi prioritas teratas”. ”Sehingga lahir program Rantang Kasih yang mendistribusikan makanan gratis setiap hari untuk lansia miskin, uang saku, dan tabungan untuk pelajar dari keluarga kurang mampu, dan sebagainya,” Anas menjelaskan.
Lalu tujuh prinsip kreatif di bidang pemasaran adalah prinsip semua pemasar, produk, reposisi, endorser, moment of truth, kearifan lokal, dan branding. Anas menyebut prinsip-prinsip itu sebagai ”anti-mainstream marketing”.
”Misalnya prinsip semua pemasar, kami memosisikan semua dinas adalah dinas pariwisata. Ini bukan berarti sektor lain tidak diurus, tapi soal pengemasan. Misalnya, Dinas Pertanian tetap mengurusi pengembangan pertanian, tapi kemudian difestivalkan. Ini ada kaitannya dengan prinsip produk, yaitu semua lokasi adalah destinasi dan semua program adalah atraksi. Maka lahir agrotourism yang dikembangkan Dinas Pertanian,” ia menggambarkan.
Anas mencontohkan prinsip reposisi. ”Reposisi penting, karena kita harus membalik keadaan. Maka lahirlah program Smart Kampung. Anggapan orang tentang Banyuwangi yang klenik dan terbelakang sekarang berubah karena pelayanan hingga ke desa sudah berbasis teknologi,” ujarnya.
Bagian Kepemimpinan
Adapun dalam bagian kepemimpinan, ada tujuh prinsip, yaitu prinsip inspirasi, kecepatan memanfaatkan momentum, eksekusi detail, kolaborasi, pemenang, manusiawi, dan modal sosial.
”Misalnya pada prinsip kolaborasi, kami hilangkan ego sektoral. ASN (aparatur sipil negara) melebur jadi satu. Yang jadi fokus adalah outcome, bukan rebutan siapa pelaksananya,” ujarnya.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, kinerja pembangunan Banyuwangi meningkat. Pendapatan per kapita rakyat melonjak dari Rp 20 juta menjadi Rp 48 juta per orang per tahun. Angka kemiskinan yang sebelumnya selalu dua digit, kini tinggal 7,8 persen.
Sementara itu, Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki Satari mengatakan, Banyuwangi diundang tampil di Konferensi Kota Kreatif karena berhasil sangat kreatif dalam setiap program pembangunannya.
“Banyuwangi telah membuktikan bahwa kreativitas hadir menjadi solusi, tidak hanya untuk pariwisata, namun untuk sosial-ekonomi warga, termasuk kemiskinan. Kreativitas Banyuwangi telah berdampak pada meningkatnya kesejahteraan warga,” Fikimenambahkan. (banyuwangikab.go.id)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...