Bupati Buleleng Ajak Maknai Nyepi sebagai Introspeksi Diri
SINGARAJA, SATUHARAPAN.COM - Bupati Buleleng, Bali, Putu Agus Suradnyana, mengajak masyarakat di daerah itu untuk memaknai Hari Suci Nyepi sebagai momentum melakukan introspeksi diri guna mewujudkan kedamaian bersama.
Dia berharap kepada seluruh masyarakat Kabupaten Buleleng untuk dapat merenung dan merefleksikan kembali ajaran-ajaran agama yang senantiasa mengajarkan untuk selalu berpikir, berkata, dan berbuat baik.
"Momentum Hari Raya Nyepi yang merupakan hari raya suci dan tahun baru caka bagi umat Hindu itu hendaknya dimaknai sebagai sebuah penghormatan terhadap alam beserta isinya dan kemampuan untuk menahan diri," katanya di Singaraja, Minggu (26/3).
Dia mengingatkan agar spirit Hari raya Nyepi untuk lebih meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa serta lebih mawas diri.
"Serangkaian perayaan hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1939 itu jatuh pada 28 Maret," kata dia.
Agus juga mengucapkan selamat merayakan hari raya Nyepi Tahun baru caka 1939. Selebihnya, Agus Suradnyana mengajak masyarakat di Kabupaten Buleleng untuk selalu intropeksi dan mulat sarira saat Nyepi.
"Melalui perayaan hari suci bagi umat Hindu ini, kami mengajak seluruh masyarakat Buleleng untuk selalu meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa serta menumbuhkan rasa persaudaraan dikalangan umat beragama, sehingga akan dapat menimbulkan shanti atau damai di kalangan masyarakat," katanya.
Momentum perayaan hari raya ini sangat tepat untuk kembali pada jati diri sebagai manusia Bali yang selalu mengedepankan rasa solidaritas dan saling hormat-menghormati antar sesama umat manusia.
"Momentum mulat sarira sangat tepat dikedepankan demi menjaga kenyamanan dan keamanan masyarakat khususnya dan Bali umumnya. Buang jauh-jauh rasa dendam, dengki dan iri hati. Dengan rasa persatuan dan kesatuan serta kedamaian melalui hari raya Nyepi akan dapat mewujudkan pembangunan di Bali Utara," ujarnya.
Menurut dia, umat diajarkan untuk mengendalikan diri lewat catur brata penyepian selama momentum hari suci itu yakni amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan.
"Dengan mampu mengendalikan diri diharapkan tercipta kedamaian. Oleh karena itu, pada momen hari raya yang baik ini umat mesti berusaha menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya," kata dia. (Ant)
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...