Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Pertemuan The Fed
HONGKONG, SATUHARAPAN.COM - Menjelang pertemuan The Fed, perdagangan saham di kawasan Asia bergerak variatif, pada Rabu (31/7). Bursa saham Jepang yang melemah pada perdagangan saham hari ini juga dikarenakan tertekan oleh penguatan Yen Indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,3%. Saham Fujitsu Ltd melemah 3,1%. Saham Suzuki Motor Corp melemah 2,5%. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,1% .
Lain halnya dengan indeks saham Shanghai yang menguat 0,7% ke tingkat 2.004,89, saham Softbank Corp menguat 4,1%. Saham Japan Tobacco Inc pun menguat 0,7%. Begitu pula indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,1%. Namun ada pula yang melemah, seperti saham Fast Retailing Co turun 3,6%.
Sedangkan di Australia indeks saham di sini menguat 0,7 % di tengah harapan bank sentral akan memotong suku bunga acuan. Gubernur bank sentral Australia Glenn Stevens mengisyaratkan bank sentral akan memotong suku bunga acuan.
Kebijakan Federal Reserves (The Fed) diharapkan memberikan petunjuk kapan kemungkinan untuk memperlambat laju pembelian obligasi bulanan - sebuah penarik utama untuk pasar ekuitas global
Menurut CMC Markets Chief Market Analyst Ric Spooner, sebagaimana dilansir Marketwatch, tidak ada perubahan banyak sejak pimpinan The Fed Ben Bernanke memberikan testimoni pada awal bulan ini. Penguatan data ekonomi akan mendorong kebijakan The Fed. “ Dari sini trader seperti The Fed akan mencari data untuk pergerakan ke depan,” ujarnya.
Kebijakan The Fed juga bakal berdampak pada perekonomian di Tanah Air. Salah satunya, Rupiah masih melemah terhadap Dolar Amerika. Pelemahan Rupiah hingga kini masih dipengaruhi oleh minimnya sentimen positif di pasar.
Sejumlah pengamat menyatakan jika The Fed masih akan melanjutkan program stimulus moneternya, berarti ekonomi AS belum pulih sehingga investor asing masih akan mencari portofolio di negara lain, khususnya di negara berkembang dan tidak terkecuali Indonesia. (Kompas.com - 30/7)
Bila sebaliknya, berarti ekonomi AS sudah mulai menunjukkan perbaikan sehingga investor asing akan hengkang dari Indonesia dan kembali masuk portofolio investasi di negaranya.
Mitigasi
Pemerintah pun segera mengambil langkah atas kondisi perekonomian global dewasa ini. Selasa (30/7) malam, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemerintah menyiapkan beberapa kebijakan mitigasi jangka pendek dan jangka panjang, untuk mengatasi perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian perekonomian global.
"Pemerintah menyiapkan kebijakan untuk memitigasi perlambatan ekonomi dan `market volatility`," ujarnya dalam pemaparan di Jakarta, Selasa malam.
Chatib mengatakan, kebijakan jangka pendek untuk memitigasi ketidakpastian perekonomian global antara lain mendorong realisasi sumber pembiayaan berdenominasi valas dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan meningkatkan partisipasi bank BUMN dalam menjaga likuiditas.
Kebijakan lainnya adalah pemerintah memberikan sinyal positif melalui peningkatan ruang fiskal pada RAPBN 2014 untuk transportasi publik, infrastruktur dan jaminan sosial serta memperkuat langkah koordinasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Pemerintah juga menyiapkan aktifasi `Bond Stabilization Framework` antara lain melalui peningkatan koordinasi dengan Kementerian BUMN dan BUMN terkait," kata Chatib seperti dikutip Antara.
Sedangkan, kebijakan jangka menengah-panjang yang disiapkan pemerintah adalah berupaya memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan mendorong peningkatan ekspor dan mengelola impor serta memperbaiki iklim investasi.
"Upaya yang dilakukan adalah melalui pemberian instrumen fiskal berupa revisi `tax allowance` dengan penyederhanaan prosedur dan `tax holiday` dengan penambahan sektor, relaksasi jangka waktu dan minimum investasi," katanya.
Chatib menambahkan kebijakan jangka menengah-panjang lainnya adalah implementasi penerapan kebijakan makroprudensial untuk mengurangi volatilitas serta kerentanan perekonomian nasional atas gejolak dari eksternal.
Penyerapan Anggaran
Kebijakan mitigasi lain untuk mengatasi perlambatan ekonomi yang disiapkan pemerintah adalah melaksanakan upaya untuk optimalisasi dan mempercepat penyerapan anggaran belanja.
"Kami akan melakukan perbaikan sistem penganggaran, menyederhanakan mekanisme proses bisnis, meningkatkan fleksibilitas K/L dalam pelaksanaan anggaran dan menerapkan sistem `reward and punishment`," kata Chatib.
Chatib memastikan kebijakan ini dilakukan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga diatas enam persen, meskipun perekonomian nasional saat ini relatif stabil dibandingkan negara-negara lain di regional Asia dan diantara negara G20.
"Situasi Indonesia masih lebih baik walaupun ada gejala yang menganggu indikator makro seperti nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi, yang lebih banyak disebabkan kondisi eksternal," ujarnya.
Menurut Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir semester I 2013, yang diperkirakan mencapai enam persen, hanya kalah dari China yang tercatat sebesar 7,7 persen dan unggul dari India 4,8 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih nomor dua di antara G20. Bahkan kalau menggunakan forecast IMF juga masih tinggi, volatilitas pertumbuhan kita jauh lebih stabil," katanya.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...