Butet Kartaredjasa Presentasi “Tari Nusantara Etam” kepada Presiden Jokowi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Butet Kartaredjasa mempresentasikan sebuah tarian dari Padepokan Seni Bagong Kusudiardjo Yogyakarta, judul tarian itu Nusantara Etam (Nusantara Kita), kepada Presiden Jokowidodo, hari Kamis (3/8) di Jakarta.
Presiden Joko Widodo menerima seniman Butet Kartaredjasa di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Presiden menerima pemaparan mengenai sebuah tarian untuk mengakomodasi keberagaman budaya yang ada di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Pertemuan kami sore ini dengan Bapak Presiden ialah mempresentasikan sebuah tarian dari Padepokan Seni Bagong Kusudiardjo Yogya, judul tarian itu Nusantara Etam—Nusantara Etam itu artinya nusantara kita,” kata Butet dalam keterangannya usai pertemuan.
Butet menilai bahwa masyarakat yang berada di IKN berasal dari beragam suku bangsa mulai dari Dayak, Kutai, Jawa, Melayu, Bugis, dan lainnya. Lebih lanjut, Butet menyebut bahwa tarian yang dibuat oleh pihaknya dinilai dapat mencangkup kebudayaan lintas etnik dari berbagai suku bangsa tersebut.
“Tarian ini menggunakan motif-motif koreografi dan instrumen-instrumen musik yang mencangkup lintas etnik ini, lintas etnik yang bukan disusun sebagai kolase tapi kita leburkan menjadi satu, menjadi nusantara,” katanya.
“Jadi ini semangat untuk membuktikan betapa kemajemukan, keberagaman Indonesia itu kalau disusun dengan baik itu menjadi sesuatu yang keren,” kata Butet.
Butet menyebut bahwa tarian yang berdurasi selama enam menit tersebut mendapatkan respons yang baik dari Presiden Joko Widodo dan direncanakan akan ditampilkan kepada masyarakat. “Kita tunggu saja nanti kita saksikan “Tari Nusantara Etam” dalam semangat kemajemukan untuk nusantara raya,” tuturnya.
Butet turut menyebutkan bahwa tujuan penyusunan konsep tarian tersebut adalah untuk membangun akar budaya di IKN yang dinilai akan menjadi tempat tinggal masyarakat dengan interaksi di dalamnya.
“Tujuannya untuk membangun akar budaya, karena hari ini IKN itu awalnya adalah hutan, kosong hanya peopohonan dan yang sedang dilakukan adalah infrastruktur bangunan-bangunan fisik, padahal nantinya ibu kota negara itu akan berisi orang, manusia, manusia di ibu kota yang bisa berinteraksi dengan baik itu punya akar kebudayaan, punya daya rekat yang berbasis budaya,” katanya.
Editor : Sabar Subekti
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...