Butuh Pendekatan Keluarga untuk Jelaskan Donor Organ
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter Spesialis Kedokteran Forensik Dr. dr. Putri Dianita Ika Meilia, Sp.F, MCRM mengatakan dibutuhkan teknik pendekatan yang baik kepada keluarga calon pendonor organ terkait rencana transplantasi organ.
"Jangan tiba-tiba datang dengan membawa perlengkapan sudah siap untuk mengambil organ. Nah itu akan dianggap tidak elok oleh masyarakat. Mungkin kalau untuk detail-nya kita harus menyusun strategi juga bersama dengan rumah sakit yang kita tuju," kata Putri Dianita Ika Meilia dalam webinar bertajuk "Transplantasi Paru", yang diikuti di Jakarta, Selasa (28/2).
Putri Dianita Ika Meilia mengatakan untuk membicarakan rencana donasi organ, tim donasi organ harus melihat kondisi keluarga calon donor.
Keluarga calon donor tentunya belum siap menghadapi kematian calon donor sehingga situasinya kemungkinan tidak akan kondusif apabila pihak keluarga langsung diajak membahas transplantasi organ.
"Satu sisi mungkin (keluarga) belum siap menghadapi kematian si calon donor, belum siap kehilangan ya apalagi nanti kita ajak bicara soal donasi," kata Putri Dianita Ika Meilia.
Putri menambahkan jangan sampai pembahasan rencana transplantasi organ ini mengarah pada kecurigaan calon donor dibiarkan meninggal sehingga donor organ bisa didapatkan.
"Jangan sampai misalnya baru saja disampaikan bahwa ini pasien-nya sudah meninggal atau menjelang mati batang otak, kemudian langsung kita todong supaya menjadi calon donor. Jangan sampai kemudian dikaitkan bahwa memang sengaja dibiarkan atau sengaja dibiarkan meninggal supaya kita mendapatkan calon donor," pesannya.
Putri Dianita Ika Meilia mengatakan berdasarkan pedoman-pedoman medis transplantasi organ di sejumlah negara, pembicaraan transplantasi organ sebaiknya dilakukan oleh dua pihak yang tidak memiliki kepentingan.
"Misal ada dokter yang merawat, tim dokter yang merawat sehingga timnya menyampaikan bahwa ini prognosis-nya seperti apa, sedang menjelang mati batang otak. Baru kalau keluarga sudah menerima hal itu, dilakukan pendekatan masalah donasi. Itu menurut penelitian adalah pendekatan yang paling besar kemungkinan keberhasilan-nya," kata kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan ini.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, menyatakan kesiapan melakukan transplantasi paru-paru untuk kali pertama di Indonesia. Hingga kini RSUP Persahabatan telah mendata total 14 resipien yang masuk dalam daftar tunggu penerima organ tubuh paru-paru dari pendonor. Sebanyak tiga diantaranya telah meninggal dunia.
Transplantasi paru-paru perdana di RSUP Persahabatan hingga kini masih menunggu ketersediaan pendonor hingga izin keluarga.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...