Buya Maarif: Buku Tentang Orang Hebat Sebaiknya Dibagikan Untuk Sekolah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ahmad Syafii Maarif (Buya Maarif) mengatakan, buku tentang orang hebat seharusnya dibagikan ke generasi muda, bahkan sebisa mungkin langsung ke anak-anak usia sekolah dasar (SD).
Buya Maarif, Ketua Umum Maarif Institute, mengatakan hal itu pada peluncuran buku “Orang-orang Hebat Dari Mata Kaki ke Mata Hati” karya Emanuel Dapa Loka di Jakarta Media Center (Gedung Dewan Pers), pada Kamis (26/9).
Buya Maarif bersama Emmanuel Dapa Loka memberikan definisi “hebat” dan orang-orang hebat dalam konteks Indonesia saat ini. hal itu termasuk memberi apresiasi pada tokoh-tokoh hebat yang dituliskan Emmanuel Dapa Loka dalam buku karyanya yang ketiga tersebut.
“Saya rasa seharusnya pada kesempatan ini pengusaha yang ada di sini (sambil melirik ke arah Sofjan Wanandi yang ada di sebelah kanannya), harus membagikan buku ini ke anak-anak SD, karena hidup manusia sangat panjang dan anak-anak SD harus terinspirasi setiap hari dengan buku-buku seperti ini,” kata Achmad Syafii.
Apresiasi
Sebelum para pembicara mengapresiasi karya Emmanuel tersebut, panitia melakukan serah terima buku dari penerbit ke penulisnya, yakni dari Suryani Gultom ke Emmanuel Dapa Loka, dan selanjutnya dari Emanuel Dapa Loka ke sejumlah pembicara antara lain Kornelius Purba, Sofjan Wanandi, Buya Maarif, R. Priyono (mantan Direktur BP Migas) drg. Aloisius Giai, Laksdya (Purn.) Didik Heru Purnomo, dan Fransiskus Welirang.
Emmanuel Dapa Loka menulis buku yang isinya membahas tokoh-tokoh yang dia kategorikan sebagai orang hebat antara lain; Fransiscus Welirang, Hoenardy Boentario, Zuhairi Misrawi, Andre Graff, Dewa Budjana, Gerson Poyk, Franz Magnis Suseno, Jansen Sinamo, Antie Solaiman, Vincentius Kirjito, St. Kartono, Agust Dapa Loka, Andre Moller, Aloysius Giai, Anthony Dio Martin, Robert Ramone dan Christine Damayanti.
Buya Maarif mengatakan bahwa saat ini mereka yang tergolong orang hebat, dan yang ada di buku tersebut merupakan orang-orang yang mampu mengubah bangsa karena Indonesia didera berbagai persoalan.
“Bangsa ini terlalu mudah dikendalikan asing. Negara ini seperti kampung tak bertuan, dan nantinya bisa-bisa kita menjadi budak yang mengenakan dasi putih di bangsa ini. Indonesia sebenarnya hebat karena apabila orang-orangnya mau berubah,” kata Syafii Maarif.
Generasi Muda
Ahmad Syafii Maarif mengatakan lebih lanjut bahwa semangat untuk merubah kepemimpinan tersebut masih relevan pada generasi muda. Saat ini anak-anak muda penting untuk dididik menjadi pemimpin yang negarawan.
“Untuk mempersatukan bangsa ini, saat ini, kita masih relevan dengan sumpah pemuda, karena seluruh penduduk usia produktif di Indonesia memang masih perlu dipersatukan lagi, tetapi secara kultural kita masih labil,” kata mantan ketua PP Muhammadiyah tersebut.
Syafii Maarif mengatakan, apabila ingin dikatakan hebat, seperti dalam buku karya Emanuel Dapa Loka tersebut, maka politisi Indonesia saat ini hendaknya memiliki jiwa yang merdeka.
Inspirasi
Sementara itu jurnalis senior, Kornelius Purba mengatakan mereka yang ditulis Emanuel Dapa Loka tersebut akan sangat bermanfaat bagi banyak orang. Karya ketiga Emanuel Dapa Loka ini sangat inspiratif, karena memang benar-benar hebat. Yang hebat bukan hanya orang-orang yang Emanuel tulis, tetapi emanuel sendiri dinilai hebat oleh Kornelius.
“Orang hebat adalah mereka yang bisa memotivasi orang banyak untuk belajar, salah satunya bang Eman (sapaan Emanuel Dapa Loka),” kata Kornelius.
Salah satu yang dikisahkan sebagai tokoh hebat, menurut Emanuel Dapa Loka, yakni dokter gigi (drg.) Aloisius Guyai, yang saat ini menjabat direktur RSUD Abepura. Seluruh keluarga dokter Alo (sapaan akrab Aloisius Guyai) merupakan korban penyakit kolera. Penyakit ini telah merenggut nyawa lima dari delapan saudaranya.
Alo kisah menarik tentang keluarganya di Paniai, Papua pada 25 Desember 1961. Saat merayakan natal sempat mengalami kisah unik yakni ketidaktahuan mereka tentang makanan cepat saji seperti mie instan maupun sardin kaleng.
Saat itu seluruh umat kristiani di daerahnya diminta membawa bahan makanan mentah dari rumah seperti sayur mayur, daging kuskus, daging babi, mie instan dan ikan kaleng atau sarden. Akan tetapi orang tua Aloy bingung apa itu mie instan maupun ikan kaleng sarden.
"Ayah saya bingung apa itu sarden dan supermi. Jangankan pernah makan, pernah lihat saja tidak," kata dokter Alo. Saat itu, alih-alih membawa supermi dan sarden, ayah dokter Alo membawa bahan makanan lain dua kali lipat.
Seluruh keluarga dokter Alo merupakan korban tidak langsung dari kegagalan pembangunan kesehatan di sana. Lima dari delapan saudaranya meninggal akibat kolera.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...