Cahaya Biru Ponsel Ganggu Tidur
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Hasil survei yang dilakukan Universitas Hertfordshire di Inggris menyebutkan sembilan dari sepuluh anak muda yang terpapar cahaya biru ponsel di kamar pada malam hari memiliki gangguan tidur.
Survei itu, seperti dikutip BBC Newsbeat, juga menunjukkan 28 juta orang di Inggris memiliki durasi tidur tak lebih dari tujuh jam sehari.
Dari 2.149 orang dewasa yang disurvei, 78 persen mengatakan mengecek ponsel atau tablet sebelum tidur. Angka itu meningkat pada kelompok usia 18 hingga 24 tahun, 91 persen mengaku menyalakan ponsel di kamar pada malam hari.
"Cahaya biru dari perangkat itu menekan produksi hormon melatonin yang menginduksi tidur. Jadi penting menghindari penggunaannya sebelum tidur," kata Prof Richard Wiseman, pakar psikologi dari Universitas Hertfordshire.
Setiap orang membutuhkan waktu tidur berbeda-beda, tetapi orang dewasa umumnya memerlukan minimal tujuh sampai delapan jam waktu tidur setiap malam. Remaja direkomendasikan tidur lebih lama, sekitar sembilan jam.
"Hasil survei sangat mengkhawatirkan karena tidur kurang dari tujuh jam tidak direkomendasikan, dan hal itu bisa berhubungan dengan berbagai masalah, termasuk peningkatan risiko kenaikan berat badan, serangan jantung, diabetes, dan kanker," kata Prof Wiseman.
Ancaman Kebutaan
Pekan lalu, ahli mata Andy Hepworth mengatakan terlalu sering menggunakan ponsel pintar dapat meningkatkan risiko kerusakan mata. Penggunaan ponsel berlebihan dan perangkat lain seperti komputer, tablet, dan TV layar datar, dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Hasil penelitian berdasarkan survei terhadap 2.000 orang menyatakan orang berusia di bawah 25 tahun mengecek ponsel 32 kali dalam satu hari.
Dokter mata Hepworth mengatakan, "Cahaya biru violet sangat berpotensi merusak dan meracuni belakang mata Anda. Jadi dalam waktu tertentu, itu akan merusak mata Anda,” katanya.
Ketika melihat ke ponsel, cahaya yang terpancar adalah biru violet. Uji coba menemukan paparan berlebih terhadap cahaya biru violet berpotensi mengakibatkan gangguan degenerasi ofmacular yang menyebabkan kebutaan.
Meski tidak tahu kaitan langsung dengan gangguan mata, bukti laboratorium sangat kuat menyatakan bisa. Penyebabnya, kombinasi dari tidak cukup berkedip dan melihat alat itu lebih dekat dari biasanya yang membuat mata bekerja keras. (BBC News/independent.co.uk)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...