California Akan Cegah Skenario Terburuk Perubahan Iklim
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – California telah mengalami rekor gelombang panas dan kebakaran yang menimbulkan bencana dalam tahun-tahun belakangan, dan para pakar iklim menyatakan kemungkinan kondisinya akan memburuk.
Sebuah laporan yang dirilis pada tanggal 27 Agustus yang lalu oleh negara bagian California, rangkaian kajian keempat, menyalahkan perubahan iklim.
Gubernur California, Jerry Brown, menjadi tuan rumah pertemuan puncak internasional, yang dimulai hari Rabu (12/9) di San Fransisco untuk mencari jalan keluarnya.
Kebakaran terburuk dalam sejarah California terjadi pada tahun ini, dalam sebuah kebakaran yang melanda Mendocino Complex yang melahap lahan seluas 186.000 hektar. Sebagian dari kebakaran masih melanda kawasan California utara. Kebakaran terbesar, yaitu di Shasta County, telah menghanguskan lahan seluas lebih dari 20.000 hektar dan hanya 5 persen dari kebakaran di area tersebut yang berhasil diatasi.
Penelitian Iklim
Kajian Perubahan Iklim California menyimpulkan, penelitian iklim saat ini dan menemukan serangkaian permasalahan yang disebabkan oleh gas-gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida, yang mengepul akibat penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak.
Laporan tersebut mengatakan, diperkirakan suhu akan meningkat antara 3 hingga 5 derajat Celsius menjelang tahun 2100, pasokan air dari salju di gunung-gunung akan bekurang dua pertiganya menjelang tahun 2050, kawasan yang dihanguskan oleh kebakaran lahan akan meningkat 80 persen menjelang akhir abad ini, dan hingga dua pertiga pantai di California Selatan akan mengalami erosi dalam jangka waktu yang sama.
Dari bencana banjir hingga jaringan listrik yang terancam lumpuh dan kematian dini serta penyebaran penyakit, daftar yang ada akan terus bertambah.
“Saya rasa kita telah mencapai titik dimana dampak perubahan iklim terlihat semakin nyata,” kata Michael Mann, yang mengepalai Earth System Science Center di Pennsylvania State University.
Mann tidak turut serta dalam studi ini, namun menyatakan temuan yang ada, bersifat konservatif.
“Kita sungguh-sungguh menyaksikan dampak perubahan iklim secara nyata dalam bentuk gelombak panas, yang mencapai rekor, banjir, kekeringan, dan kebakaran lahan,” katanya.
Namun demikian, pemerintahan Trump, telah berikrar untuk menghapuskan batas emisi, dan berjanji untuk menarik diri dari kesepakatan iklim Paris 2015. Perjanjian tersebut merupakan sebuah kesepakatan di antara hampir 200 negara yang mewajibkan ditentukan target emisi di tingkat nasional, yang sayangnya tidak memiliki cukup kekuatan untuk menegakkannya.
Presiden Donald Trump mengatakan, pakta tersebut tidak efektif dan menghilangkan lapangan kerja. Para pakar iklim menyatakan harus ada yang dilakukan untuk menghambat perubahan iklim yang sudah mulai terjadi.
“Atmosfir yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, sehingga potensi terjadinya hujan lebat akan semakin besar dan menimbulkan banjir yang lebih parah,” kata Mann. “Atmosfir yang lebih hangat juga membuat tanah kehilangan air, yang menyebabkan bencana kekeringan.”
Ia menambahkan, “Anda menggeser kurva kemungkinan, dan di ujung kurva adalah kejadian cuaca ekstrem.”
Dampak Kesehatan akibat Perubahan Iklim
Kalangan epidemiologis, tengah melacak dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, lewat hadirnya elemen-elemen pencemar yang dihasilkan oleh kebakaran maupun meningkatnya suhu di kota-kota, kata seorang epdemiologis, Rupa Basu dari Office of Environmental Health Hazard Assessment California Environmental Protection Agency. Basu adalah salah satu dari penyusun kajian perubahan iklim California.
“Ada populasi yang lebih besar yang tinggal di kawasan perkotaan, dan lebih penting lagi, ada populasi rentan yang lebih besar yang tinggal di kawasan perkotaan,” kata Basu, yang berpendapat kawasan perkotaan telah menjadi “pusat berkumpulnya panas” sejalan dengan meningkatnya suhu.
Laporan tersebut juga, mengatakan banyak masyarakat pedesaan, penduduk asli Amerika, dan kalangan minoritas lainnya, yang secara tidak proporsional terpengaruh oleh perubahan iklim.
Para peneliti menyaksikan lebih banyak kondisi darurat dan kematian di antara mereka yang berusia sangat muda, lansia, dan kalangan miskin. Kalangan analis membandingkan kunjungan ke rumah sakit dan ruang IGD, berat bayi saat lahir, tingkat kematian dan penyakit terhadap suhu dan kelembaban relatif, kata seorang peneliti, Xiangmei Wu.
Di tingkat global, perubahan iklim dapat meningkatkan tingkat kedahsyatan badai tropis, karena ada perubahan pada arus jet yang menentukan pola cuaca, meskipun angin topan bukan masalah utama di California.
Mann, dari Earth System Science Center, mengatakan satu dari topan yang paling destruktif dalam sejarah AS, topan Harvey di kawasan Teluk Meksiko, telah menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi saat topan tersebut terhambat di jalurnya di Houston pada tahun 2017. Ia mengatakan, “Anda menggeser kurva probabilitasnya” dalam pola grafik cuaca,” dan ekor dari kurva adalah terjadinya udara panas ekstrem.”
Kejadian Cuaca Ekstrem
Dan Cayan, seorang peneliti di Scripps Institution of Oceanography dan seorang peneliti utama yang mengkoordinasi laporan perubahan iklim di California, mengatakan perubahan iklim memperbesar siklus alam seperti El Nino, meningkatnya suhu samudra secara berkala di samudra di kawasan khatulistiwa, yang menyebabkan timbulnya topan di Samudra Pasifik. Ia mengatakan kemungkinan kejadian yang disebabkan oleh cuaca ekstrem kemungkinan akan segera terjadi.
“Pemerintah negara bagian dan pemerintah setempat serta para pemain lainnya, menganggap serius kondisi ini. Dan saya rasa trennya akan meningkat saat gejala-gejala perubahan iklim semakin meningkat,” kata Cayan, dengan menambahkan bahwa ia optimis namun tetap waspada bahwa dunia dapat mengatasi dampak-dampak terburuk dari perubahan iklim yang ada.
Gubernur Brown, yang menjadi tuan rumah pertemuan puncak yang berlangsung selama tiga hari dan berakhir hari Jumat (14/9), terlah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas-gas rumah kaca di negara bagian yang dipimpinya 40 persen di bawah tingkat emisi di tahun 1990-an.
Hari Senin, Brown menandatangani RUU yang mewajibkan negara bagian California untuk memperoleh pasokan tenaga listrik dari sumber-sumber energi bersih sebelum tahun 2045.
Brown, adalah tokoh utama dalam koalisi pemerintah regional dan pemerintah setempat, yang telah berkomitmen untuk mencapai tujuan kesepakatan Paris dalam mengurangi pemanasan global di abad ini, dengan menurunkan suhu antara 1,5 hingga 2 derajat Celsius, di atas tingkat pra-industri, tanpa memperdulikan apakah AS tetap tergabung dalam kesepakatan tersebut.
Pertemuan puncak di California akan berusaha untuk mencari cara-cara untuk membangun konsensus dan mencegah skenario kasus terburuk.
Para pengunjuk rasa yang berkumpul di San Fransisco, menyatakan tindakan tersebut tidak cukup.
“Sudah ada banyak pertemuan puncak tentang iklim dengan berbagai retorika namun tidak cukup ada komitmen,” kata May Boeve, seorang aktivis kepada The Associated Press. Ia termasuk di antara seribu orang yang berunjuk rasa di San Fransisco baru-baru ini, yang menyerukan perubahan peralihan ke sumber-sumber energi terbarukan, dan perlindungan terhadap pekerja dan kelompok-kelompok minoritas saat dunia bersiap menghadapi perubahan cuaca yang dramatis. (Voaindonesia.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...