Cara Baru Mengecek Keaslian Daging
SATUHARAPAN.COM - Peneliti Jerman telah menemukan cara baru untuk menguji jenis daging apa yang ada dalam produk makanan; apakah daging sapi, kuda atau bahkan daging buaya.
Cara baru ini dikembangkan oleh para peneliti Biologi Molekuler dan Ekologi dari Institute Fraunhofer di Schamallenberg, Jerman. Mereka, telah mampu mengidentifikasi 50 jenis daging hewan yang berbeda.
Selama ini laboratorium makanan hanya memeriksa daging dengan cara memperkirakan jenis daging apa yang ada makanan tersebut. Kandungan yang rusak atau berubah bisa tak terdeteksi dan mungkin lolos uji.
Seperti diberitakan situs Deutche Welle, beberapa waktu lalu, salah satu peneliti itu adalah Matthias Kotthoff yang mengembangkan cara baru itu. Sebelum ini Eropa diguncang oleh penemuan daging kuda dalam produk makanan yang disebutkan sebagai daging sapi.
Kotthoff sebelumnya mempelajari ilmu gizi dan kemudian memasuki bidang biologi molekuler. Dia terbiasa memeriksa sosis daging sapi atau daging kuda. Menurut dia, ada bau yang khas pada setiap daging. Dalam kasus daging kuda, baunya sedikit lebih asam. Cara Ini mungkin harus dilakukan oleh profesional. Namun dengan sebuah tes DNA, dalam hitungan menit dapat terungkap dari hewan apa daging itu berasal.
Daging Sapi, Kuda atau Buaya?
Karena mata atau hidung manusia tidak dapat menguji jenis daging dengan akurat, maka diperlukan identifikasi melalui tes DNA. Daging sampel dari sosis, misalnya, dipotong sebagai sampel menggunakan alat yang harus steril, karena adanya bahan dari genetik asing dapat menggagalkan hasilnya.
Irisan sosis tipis kemudian dibekukan dalam nitrogen cair. Daging beku ini kemudian ditumbuk, dan sampel kecil diambil untuk tes DNA. Dalam tabung reaksi, dengan ditambahkan cairan enzimatik menjadi bubuk, yang memecah dinding sel dan melepaskan DNA dari inti sel.
Dalam rangka mengidentifikasi daging hewan apa, Kotthoff tidak perlu menggunakan seluruh DNA, cukup contoh kecil. Apa yang dia kejar adalah gen sitokrom b, yang bertanggung jawab untuk warna sel.
"Ada yang perbedaan panjang dalam fraksi dan urutan gen," ungkap Kotthoff. Dan itulah yang membantu dalam membedakan daging. Dia menandai sebagian kecil dari gen dengan warna pada awal dan akhir. Kemudian komputer mengukur tanda warna dengan sensor. Bergantung pada jarak antara tanda warna, Kotthoff dapat membedakan dari hewan mana yang memiliki urutan gen tersebut. Dalam grafik di layar komputer, sensor ini menghasilkan informasi yang menetapkan daging tersebut dari hewan apa.
Sejauh ini, dia memiliki daftar berisi 50 hewan, di antaranya kuda, domba dan sapi, atau unggas seperti ayam, bebek atau burung unta. Metode ini juga digunakan pada ikan. "Kami bahkan memiliki sejumlah hewan eksotis di daftar kami, seperti buaya atau kanguru," kata Kotthoff.
Keuntungan terbesar dari teknologi baru ini adalah bahwa segala sesuatu dapat ditelusuri. Kerugiannya, kontaminasi kecil sekalipun dapat menjadi masalah. Partikel terkecil dari air liur, misalnya, telah berisi DNA yang cukup untuk pengujian dan diidentifikasi, katanya.
"Jadi kalau tukang daging bersin bisa menjadi masalah dalam mengidentifikasi jejak daging. Itu berarti bahwa jejak daging kuda yang ditemukan dalam daging sapi bisa terjadi ketika kedua potongan daging bersentuhan satu sama lain dalam penyimpanan, atau diolah dengan mesin yang sama.
Selain itu, kata Kotthoff, DNA yang ditelusuri tidak memberikan gambaran yang jelas tentang jumlah yang sebenarnya dari jenis daging dalam sampel tersebut.
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...