Catatan Menag Terkait Pertemuan Menteri Agama Negara Serumpun
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Forum tahunan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Mabims) yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-16, di Denpasar, Bali, resmi ditutup. Dalam jumpa pers, Rabu (3/12) sore, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan ada dua hal besar terkait perjalanan panjang pertemuan Mabims.
Catatan pertama, setiap negara memiliki permasalahan sendiri-sendiri terkait ihwal keagamaan. Dengan pertemuan tidak resmi ini, Indonesia tidak merasa sendiri, karena bisa mendapat masukan dari negara-negara lain. “ Ini memberikan semangat, inspirasi, bahwa banyak saudara serumpun, saudara-saudara serantau, memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang dijalani. Ini pengalaman pertama yang sangat berarti bagi kami,” kata Menag.
Catatan kedua, forum Mabims adalah wahana meneguhkan ukhuwah yang selama ini menjadi anjuran perintah dari Rasulullah SAW yang akan terus dibangun, tidak hanya ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan bahkan harus sampai kepada ukhuwah basyariyah. Karena, Menag menambahkan, sesama umat manusia di atas muka bumi ini adalah saudara seiman.
Selain itu, Menag juga menyampaikan pentingnya posisi Mabims untuk berkontribusi dalam menjawab isu dan tantangan, seperti gerakan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. “Agama bisa mendatangkan rahmat bagi alam semesta,” Menag menegaskan.
Dia juga menjelaskan beberapa langkah konkret yang disepakati bersama dalam menyikapi ekstremisme, radikalisme, dan terorisme, antara lain menyosialisasikan pernyataan sikap yang dihasilkan dalam forum Mabims ini, mengefektifkan peran dakwah, memperkuat pendidikan tentang ajaran islam yang rahmatan lil alamin. Menanggapi sinyalemen lahir dan tumbuhnya terorisme dari lembaga pendidikan berbasis Islam, peserta Mabims menyepakati agar lembaga pendidikan Islam harus mengajarkan kurikulum dengan materi Islam yang sesungguhnya, Islam rahmatan lil alamin.
Terkait sidang itsbat, Menag menjelaskan peserta Mabims mendapat titik temu sebagai kesepakatan untuk menjawab perbedaan yang ada dengan menggunakan kriteria tinggi hilal 2 derajat dan umur bulan 8 jam, sebagai patokan penentuan awal bulan Qamariah. (kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Polri Tangkap Buron Pengendali Clandestine Lab di Bali Asal ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengamankan satu orang dar...