Catatan Pasca 10 Tahun Tsunami Aceh
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengenang sepuluh tahun Tsunami Aceh sebuah catatan bencana yang melanda negeri ini. Bencana yang diawali dengan gempa berskala 9,3 Richter disusul dengan gelombang besar Tsunami yang meluluhlantakan daratan Serambi Mekkah pada tahun 2004 silam.
Sekitar 220.000 korban jiwa telah meninggal akibat tersapu oleh gelombang besar yang mencapai sekitar 10 meter. Bangunan rumah serta kendaraan dan juga kapal tanker terbawa oleh arus yang berkecepatan tinggi.
Tsunami Aceh membawa duka terdalam bagi tanah air Indonesia. Perhatian dunia tertuju pada Indonesia untuk terdorong membantu para korban yang masih selamat. Berbagai negara dari belahan dunia serta para relawan saling bahu membahu mempercepat proses evakuasi.
Pasca Tsunami berbagai lembaga donor baik lokal maupun internasional mulai bekerja berusaha membangkitkan Aceh kembali. Seluruh korban Tsunami yang rumah tinggalnya hancur satu persatu mulai dibangun, baik yang tetap di daerah tempat tinggalnya maupun di daerah relokasi. Sekitar 120 ribu rumah dibangun di bawah pengawasan Badan Rehabilitasi dan Rekontrusi (BRR) melalui lembaga donor Non Government Organization (NGO).
Perlahan proses pembangunan Aceh mulai terasa. Kota Banda Aceh sebagai Ibu Kota Nanggroe Aceh Darussalam kini terlihat megah kembali. Infrastruktur bangunan rumah, jalan raya, serta fasilitas publik, pasca Tsunami 10 tahun lalu sekarang mulai tertata kembali, meski rasa trauma masih belum bisa terobati.
Berikut catatan dokumentasi perjalanan tentang kondisi Aceh pasca Tsunami yang direkam selama tahun 2006 sampai dengan 2009 terkait dengan proses pembangunan kota Banda Aceh dan Pulau Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...