Cempedak, Buah Harapan bagi Pendeita Tumor
SATUHARAPAN.COM – Buah cempedak sekilas mirip nangka, namun memiliki aroma sangat kuat. Kulitnya berduri kecil berwarna hijau dan bagian dagingnya berwarna kuning terang. Aroma buah cempedak dan nangka sama-sama kuat, namun aroma cempedak lebih juara. Banyak yang mengatakan aroma buah cempedak hampir sama dengan buah durian.
Sama seperti nangka, buah cempedak juga dapat dijadikan makanan olahan. Sampai saat ini daging buah cempedak kebanyakan oleh masyarakat diolah menjadi kolak atau digoreng.
Cempedak termasuk tanaman dari marga nangka-nangkaan (Artocarpus) dari famili Moraceae, seperti nangka buah, nangka sayur, sukun, dan kluwih. Di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat tidak hanya memanfaatkan buahnya sebagai bahan pangan, tetapi juga daunnya sebagai obat tradisional untuk mengatasi demam, disentri, atau malaria.
Nangka-nangkaan ini seperti dikutip dari itb.ac.id telah dieksplorasi kelompok peneliti kimia bahan alam di Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin Prof Sjamsul Arifin Achmad selama 15 tahun terakhir, bahkan telah menerima Penghargaan RUT (Riset Unggulan Terpadu). Kandungan kimia dari spesimen akar, kulit batang, dan batang pohon nangka-nangkaan yang diteliti menghasilkan lebih dari 100 senyawa kimia baru. Salah satu contohnya adalah artoindonesianin. Nama ini telah menjadi nama trivial yang dipublikasikan di Journal of Natural Product (Amerika Serikat), dan ternyata tanaman ini memiliki senyawa kimia yang dapat mengobati malaria dan mencegah penyebaran tumor.
Cempedak, seperti dikutip dari Wikipedia, memiliki nama ilmiah Artocarpus integer (Thunb.) Merr, dan mempunyai nama sinonim Artocarpus champeden (Lour). Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara, dan menyebar luas mulai dari wilayah Tenasserim di Burma, Semenanjung Malaya termasuk Thailand, dan sebagian Kepulauan Nusantara: Jawa bagian barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua.
Dikenal secara luas sebagai cempedak, buah ini juga memiliki beberapa nama lokal seperti bangkong (cempedak hutan, bentuk liar di Malaysia), baroh (Kepulauan Lingga dan Johor), nangka beurit (Sunda), nongko cino (Jawa), cubadak hutan (Minangkabau), tiwadak (Banjar), banturung manuk (Borneo), sonekadat (Burma), dan champada (Thailand). Namanya dalam bahasa Inggris, tak jauh berbeda dengan nama dalam bahasa Indonesia, yakni chempedak.
Cempedak adalah tumbuhan pohon berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 20 meter. Secara keseluruhan pohon cempedak hampir serupa dengan nangka (Artocarpus heterophyllus), namun percabangannya lebih lebat dan batangnya lebih lurus. Batangnya berdiameter 15 sampai 20 cm, dengan kulit kayu berwarna cokelat keabu-abuan dan mengandung getah yang pekat.
Daunnya berwarna hijau, tipis, sedikit kasar, dan kaku. Daun berbentuk bulat telur terbalik hingga jorong, dengan lebar antara 2,5 hingga 5 cm dan panjang 5 – 25 cm. Daun cempedak bertangkai (panjang tangkai 1-3 cm), bertepi rata dengan pangkal daun berbentuk pasak hingga membulat, dan ujung meruncing. Daun mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin pada ranting.
Bunga cempedak berupa bunga majemuk, tersusun dalam bunga periuk yang berbentuk bulat panjang. Bunga jantan dan bunga betina tumbuh terpisah dalam satu pohon. Bunga muncul di ketiak daun, cabang besar atau batang utama, dan pucuk pendek khusus yang berdaun.
Buah cempedak berbentuk bulat memanjang, berwarna kehijauan, kekuningan hingga kecokelatan, dengan ukuran rata-rata panjang 40 cm dan diameter 20 cm. Kulit buah berduri layaknya buah nangka meskipun tidak setajam dan sekasar buah nangka.
Daging buah (nyamplung) cempedak tipis, lunak, berserat, dan berasa manis. Warna daging buah putih kekuning-kuningan dengan aroma khas yang sangat kuat. Nyamplung menempel pada tangkai buah dengan kuat, dan akan tetap melekat meskipun kulit buah dan dami buah dilepas.
Biji cempedak berbentuk agak bulat, berukuran lebih kecil dari pada biji nangka. Sama seperti nangka, biji cempedak dapat dikonsumsi setelah direbus. Kayunya berkualitas baik, kuat, dan tahan lama, sehingga sering digunakan sebagai bahan bangunan untuk perabot rumah atau perahu. Kulit berserat dapat digunakan untuk membuat tali dan bahan pewarna kuning.
Kalimantan Tengah, seperti dikutip dari kalteng.litbang.pertanian.go.id, memiliki cempedak paling nyaman dan manis rasanya, yaitu buah cempedak dari Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau. Desa ini terletak di tepi Sungai Kahayan, berjarak sekitar 50 km dari Kota Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah.
Produksi buah cempedak antara 30 hingga 200 butir per pohon, dengan berat dari 0,5 hingga 4 kg per butirnya. Semakin tua pohon, jumlah buah akan semakin banyak. Produksi buah cempedak bergantung pada panjang pendeknya musim kemarau. Jika musim kemarau mencapai 5 bulan, akan terjadi panen raya. Buah cempedak akan memenuhi batang dan cabang hingga ke pangkal pohon.
Di Kalimantan, cempedak dapat diolah menjadi makanan yang disebut mandai atau disebut juga dami. Bagi masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat Banjar, mandai sangat terkenal. Mandai adalah sebutan untuk kulit cempedak yang sudah melalui proses fermentasi. Masakan olahan yang bahan utamanya kulit cempedak ini bisa dijadikan lauk, menemani makanan utama seperti nasi. Rasanya enak, dengan tekstur berserat serta lembut. Kelembutannya bergantung pada seberapa lama kulit cempedak direndam. Mandai biasanya dikonsumsi dengan cara digoreng sampai cokelat.
Daging buah cempedak, kadang-kadang dengan bijinya, umumnya dijadikan camilan peneman minum teh atau minum kopi, dengan cara diberi tepung, gula atau garam dan digoreng. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam. Buah mudanya, sebagaimana nangka muda, dapat dijadikan sayur.
Manfaat Herbal Cempedak
Seperti dikutip dari theindianvegan.blogspot.co.id, cempedak memiliki kandungan riboflavin, serat, kalium, vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Beberapa penelitian telah dilakukan pada cempedak. Peneliti Malaysia menemukan biji cempedak memiliki potensi sebagai pengganti tepung roti. Bila ditambahkan sebagai pengganti tepung olahan, tepung biji tanah menurunkan indeks glikemik, menambahkan lebih banyak nutrisi, dan meningkatkan kadar serat.
Menurut Journal of Ethnopharmacology yang diterbitkan pada tahun 2010, senyawa dalam daun, kulit kayu, batang, dan buah cempedak, memiliki beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat, yang menunjukkan aktivitas biologis termasuk antibakteri, antivirus, antitubercular, antijamur, antiplatelet, antiartritik, dan sitotoksik.
Berdasarkan penelitian pada tahun 2013, yang diterbitkan di Phytomedicine, sebuah artocarpus menunjukkan efek gastroprotektif ampuh melawan bisul.
Tim Riset Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, seperti dikutip dari maluku.bkkbn.go.id, membuat obat antimalaria dari ekstrak kulit batang cempedak yang dicampur etanol 80 persen, dan diujikan pada hewan mencit yang diinfeksi parasit malaria Plasmodium berghei. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit cempedak mampu menghambat perkembangan parasit malaria sebesar 80 persen. Obat antimalaria kulit batang cempedak menunjukkan kekayaan manfaat dari keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...