Cendekiawan Katolik Suku Asmat Terpilih jadi Rektor Uncen
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Cendekiawan Katolik dengan latar belakang etnis Asmat, Dr.Ir.Apolo Safanpo, ST, MT, terpilih menjadi rektor Universitas Cendrawasih, Jayapura, dalam pemilihan rektor hari ini (04/09). Dalam pemilihan, ia berhasil meraih 38 suara mengalahkan dua pesaing lainnya, yakni Prof. Drs. Agustinus Fatem MT (13 suara) dan Dr. Marthinus Solossa SH, M.Hum (4 suara).
Apolo saat ini menjabat sebagai dekan Fakultas Teknik dan akan menggantikan rektor saat ini, Dr. Onesimus Sahuleka SH, M.Hum.
Apolo Safanpo menyelesaikan pendidikan doktor di Universitas Diponegoro Semarang, dalam bidang Ilmu Teknik Sipil hidrologi.
Ia adalah ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Cendekiawan Awam Katolik Papua (DPP ICAKAP).
Merujuk halaman Facebook Sahabat Safanpo, diketahui bahwa Apolo Safanpo berasal dari etnis Asmat, salah satu suku di Papua yang sering dipandang terbelakang. Prestasi Apolo disetarakan dengan salah seorang intelektual Asmat lainnya, Dr. Yulianus Aituru SH.MH, dan diharapkan menjadi inspirasi bagi warga Asmat lainnya.
"Anak-anak Asmat dan Papua lainnya harus menimba pengetahuan dari kalian berdua, bahwa keberhasilan yang kalian berdua raih adalah keberhasilan dengan latar belakang keluarga yang sangat sederhana dan tidak mampu akan finansial... namun kalian berdua bisa keluar dari kesulitan itu," tulis Tony Pots, salah seorang pegiat medsos di laman Facebook Sahabat Safanpo.
"Kalian berdua mampu memikul salib yang berat dengan meninggalkan rasa gengsi dan harap gampang dari orang lain....kalian berdua berhasil menyetarakan nama leluhurmu di atas tanah dan bangsa ini...Salib memang penghinaan namun menyelematkan dan membahagiakan serta mengharumkan nama keluarga...Kalian berdua berdiri di atas kaki kalian sendiri dan mendapatkan berkat dari Tuhan dan sesama/sahabat kekasih untuk membantu menyetarakan nama besar Asmat-Papua di muka bumi..."
Dalam sebuah kesempatan, Apolo Safanpo mengatakan, Tanah dan Orang Papua yang ada di Tanah Papua bagaikan perempuan cantik yang jatuh dan hidup di Tanah Papua.
“kalau kita ingin memiliki perempuan cantik di Tanah Papua, pasti dilakukan berbagai cara. Ada dengan cara kita masuk ke rumahnya lalu meminta izin pada orang tuanya atau bisa juga membawa lari si perempuan cantik,” kata Ketua Dewan Apolo Safanpo psfs Senin, (28/03/16) di Auditorium Uncen, Papua pada saat mrmberikan sambutannya di acara kebaktian Nuansa Papua.
Menurutnya, untuk dapat diterima oleh orang Papua, "kita harus bikin baik orang Papua, makmur orang Papua dan sejahtera orang Papua,” dikutip dari kabarmapegaa.com.
“maka, orang Papua akan bilang bahwa, ternyata kita saudara,” tutur dia.
Sebelum mengerucut pada tiga calon rektor, ada lima bakal calon rektor yang sempat mengikuti proses seleksi. Mereka adalah Dr. Hendrik Herman Johanes Krisifu, SH, MA., dosen Fakultas Hukum Uncen, Kelahiran Sorong 31 Juli 1964; DR. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT., dosen Fakultas Teknik Uncen, Kelahiran Agats 24 April 1975; Dr. Elsyan Rienette Marlissa – Korwa, SE, M.Si., dosen Fakultas Ekonomi Uncen, kelahiran Jayapura, 12 Januari 1971; Prof. Dr. Drs. Agustinus Fatem, MT, kelahiran Sorong, 8 Agustus 1961, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uncen; dan Dr. Marthinus Solossa, SH, M.Hum, kelahiran Ayamaru 12 Februari 1962, dosen Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih.
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...