Cermai, dari Pencahar sampai Penangkal Kecanduan Alkohol
SATUHARAPAN.COM – Ingat Cianjur, ingat manisan. Dan, ingat manisan, ingat cermai.
Buah cermai, dengan rasa paduan asam dan manis ini, adalah salah satu bahan manisan paling populer. Namun, buah yang semakin langka ditemui ini ternyata menyimpan khasiat sebagai obat. Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (CCRC-FF UGM) Yogyakarta memasukkan tumbuhan ini ke dalam Ensiklopedia Tanaman Antikanker.
Cermai memiliki nama ilmiah Phyllanthus acidus (L., Skeels), yang berlaku internasional. Wikipedia menyebutkan nama sinonimnya, yakni Phyllanthus distichus Müll.Arg, Cicca acida Merr, Cicca disticha L, dan Averrhoa acida L.
Di Indonesia, tumbuhan ini disebut cermai, ceremai, atau cereme. Buah ini, menurut Wikipedia, dikenal pula dengan nama lain seperti ceureumoe (Aceh). Orang Malaysia juga menyebutnya chermai, sementara di Thailand tanaman ini disebut ma-yom, dan di Filipina dinamakan karmay. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini disebut otaheite gooseberry atau malay gooseberry.
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 10 m. Batangnya tegak, bulat, berkayu, mudah patah, kasar, percabangan monopodial, dengan warna cokelat muda. Cermai berakar tunggang.
Daunnya majemuk, lonjong, bertepi rata, berujung runcing, dengan pertulangan menyirip, halus, berwarna hijau muda.
Bunganya majemuk, di ranting, berwarna hijau muda, bermahkota merah muda.
Buahnya bulat, permukaan berlekuk, kuning keputih-putihan. Bijinya bulat pipih, berwarna cokelat muda.
Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia, menyebutkan buah cermai yang mengandung vitamin C, sering dimakan segar dengan dicampur gula, garam, atau dirujak. Cermai juga kerap dibuat manisan, direbus untuk setup, atau dibuat minuman penyegar.
Daun, kulit batang, dan kayu cermai mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol.
Daun mudanya di beberapa wilayah tertentu, dimanfaatkan sebagai lalap. Daun cermai mengandung khasiat sebagai peluruh dahak, pencahar (purgatif), mual, sariawan, hingga kanker.
Kulit pohon berkhasiat mengatasi penyakit asma dan penyakit kulit. Kulit akar dan buah berkhasiat sebagai pencahar. Kulit akar cermai yang memiliki kandungan zat samak, asam gallus, dan saponin, dan zat beracun, juga dimanfaatkan menjadi bahan penyamak.
Biji cermai dapat dimanfaatkan untuk mengobati sembelit dan mual.
Di Thailand, menurut CCRC FF UGM, akar tanaman dimanfaatkan dalam upaya rehabilitasi kecanduan alkohol. Pengobatan ini sangat efektif, namun ternyata menimbulkan efek samping kronis yang cukup serius.
Wikipedia menyebutkan cermai diperkirakan berasal dari Madagaskar. Kini cermai telah menyebar ke berbagai wilayah tropis seperti di Asia Tenggara (Vietnam selatan, Laos, Indonesia, dan Malaysia bagian utara), kepulauan-kepulauan Mauritius, Réunion dan Rodrigues di Samudra Hindia, Guam, Hawaii, dan beberapa kepulauan lain di Samudra Pasifik.
Pada tahun 1793, tanaman ini dibawa ke Jamaika dari Timor, dan sejak itu menyebar luas ke seluruh kepulauan Karibia, kemudian ke Amerika Tengah dan Selatan.
Pohon cermai selama ini hanya ditanam sebagai peneduh atau penghias halaman dan taman, pilihan tepat bagi rumah dengan halaman tidak luas. Pohon ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, menyukai tempat yang lembap sampai ketinggian sekitar 1.000 m dpl.
Cermai dapat dibiakkan melalui biji atau stek.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...