China Larang Perdagangan Satwa Liar Sampai Wabah Virus Corona Teratasi
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China pada hari Minggu (26/1) memberlakukan larangan sementara perdagangan satwa liar, selama negara itu berjuang untuk mencegah meluasnya penularan virus corona jenis baru yang mematikan. Virus itu diyakini muncul di pasar yang menjual satwa liar sebagai makanan.
Memelihara, mengangkut, atau menjual semua spesies satwa liar dilarang "sejak tanggal pengumuman hingga situasi epidemi nasional berakhir", kata arahan pemerintah, seperti dikutip AFP.
Larangan tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, Administrasi Negara untuk Pengaturan Pasar, dan Administrasi Kehutanan Nasional dan Lahan Rumput.
Virus corona itu telah menyebabkan 56 kematian yang dikonfirmasi dan hampir 2.000 total orang terinfeksi di China. Virus telah menyebar ke selusin negara, diyakini berasal dari pasar di kota Wuhan, di mana sejumlah satwa liar dilaporkan dijual.
Para konservasionis telah lama menuduh China mentolerir perdagangan gelap hewan-hewan eksotis untuk makanan atau sebagai bahan obat-obatan tradisional, termasuk spesies yang sangat terancam punah seperti harimau.
Para pakar kesehatan mengatakan perdagangan itu menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang signifikan dan terus tumbuh sebagai virus patogen yang ditularkan melalui hewan yang berpotensi berbahaya, sehingga terjadi lompatan ke manusia.
Virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong pada 2002-03 juga telah ditelusuri berasal dari satwa liar, dengan para ilmuwan mengatakan itu kemungkinan berasal dari kelelawar, yang kemudian menjangkau manusia melalui musang.
Musang adalah salah satu satwa di antara puluhan spesies yang terdaftar dalam bisnis perdagangan satwa di pasar Wuhan yang muncul online pekan lalu, termasuk daftar harga. Satwa lain yang diperdagangkan adalah tikus, ular, salamander raksasa dan bahkan anak anjing, dan serigala hidup.
Pengumuman pada hari Minggu (26/1) mengatakan semua bisnis, pasar, gerai makanan dan minuman dan platform e-commerce "dilarang keras untuk diperdagangkan satwa liar dalam bentuk apa pun".
Ditambahkan bahwa "konsumen harus sepenuhnya memahami risiko kesehatan dari memakan satwa liar, menghindari bermain dengan stwa liar, dan memilih makan sehat".
Apa yang disebut perdagangan daging satwa liar, bersama dengan perambahan manusia yang lebih luas ke habitat liar, membawa manusia ke dalam kontak yang semakin dekat dengan virus hewan yang dapat menyebar dengan cepat di dunia yang terhubung saat ini, kata para ilmuwan.
Sebuah studi oleh Global Virome Project, sebuah upaya di seluruh dunia untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi pandemi, memperkirakan bahwa ada hampir 1,7 juta virus yang belum ditemukan di kerajaan hewan, hampir setengahnya bisa membahayakan manusia.
Peter Daszak, seorang ahli virologi dalam proyek tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa penelitiannya juga mengindikasikan bahwa kita dapat memperkirakan ada sekitar lima virus patogen yang ditularkan melalui hewan manusia setiap tahun.
China telah meluncurkan tindakan keras sebelumnya terhadap perdagangan satwa liar, termasuk setelah wabah SARS, tetapi para konservasionis mengatakan perdagangan itu biasanya dilanjutkan kembali dari waktu ke waktu.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...