Citraan Monochrome Hitam-Putih pada "Tag Team"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dua seniman-perupa muda mempresentasikan karya hasil eksperimen-eksplorasi pada pigmen cat yang digunakan. Pameran duo seniman-perupa dengan latar belakang berbeda, Arif Hanung TS dengan pendidikan seni rupa dan seniman otodidak Cahaya Novan bertajuk “Tag Team” di Kiniko Art Management, dibuka Selasa (5/3) sore.
Ditemui satuharapan.com saat pembukaan pameran, kedua seniman-perupa menjelaskan bahwa pameran tersebut menjadi ‘pertarungan’ keduanya semenjak awal, mulai dari penentuan tema, pemilihan pigmen warna, hingga dimensi dan jumlah karya.
“Berdua sepakat membuat tujuh karya dengan medium cat akrilik di atas kanvas dalam ukuran yang sama: 140 cm x 140 cm. Awalnya sempat berdiskusi untuk menggunakan lima pigmen: warna dasar, hitam, dan putih. Tapi pada akhirnya pilihannya pada warna dengan citraan monochrome hitam-putih,” kata Hanung didampingi Novan.
Lebih lanjut keduanya menjelaskan untuk interpretasi tema pada karya, keduanya mengambil pijakan yang agak berbeda meskipun masih seputar pada ingatan masa lalu.
“Saya terinspirasi dari karya film berjudul Into The Wild. Kisah petualangan dan bertahan hidup di alam bebas dengan seluruh tantangan yang ada, menemukan jalan keluar, hingga menentukan pilihan hidup dan jati diri,” jelas Hanung.
Goresan garis-garis abstrak hitam-putih dalam karya Hanung berjudul Gravity, The Fall, The Transporter, Love Phobia, Hello Stranger, Frozen, melengkapi karya utamanya berjudul Into The Wild di satu sisi menjadi pengembaraan Hanung pada film tersebut, namun di sisi lain juga menjadi eksplorasi dalam berkesenian dengan menangkap seluruh peristiwa yang dialaminya ke dalam sebuah karya.
Diakui Hanung yang gemar pada karya film, mengalihmediakan karya film menjadi tantangan tersendiri. Setting lokasi film Into the Wild, mengingatkan Hanung pada tempat tinggalnya di daerah terpencil yang dikelilingi pegunungan dan persawahan, di Majenang, Cilacap. Besar di alam pedesaan yang belum mengenal listrik, ketika beranjak remaja, sekeluarga pindah ke kota, Hanung berhadapan kondisi lingkungan yang penduduknya lebih padat dan berkembang.
Berbeda dengan Hanung, berangkat dari berkesenian secara otodidak Cahaya Novan lebih membebaskan karya dua matranya dengan bermain-main tipografi di sela-sela goresan abstraknya. Ini menjadi tantangan tersendiri terlebih ketika Novan kerap menggunakan berbagai warna-warna cerah dalam karya-karyanya. Pada pameran tunggalnya dua tahun lalu bertajuk Rumansa-Rumansanana-Rumangsani, Novan merespons manekin-manekin dengan objek-objek figuratif berwarna cerah.
Pada pameran “Tag Team” karya Novan lebih menawarkan dialog melalui kemeriahan tipografi menggantikan warna-warna dan figur yang kerap digunakannya. Hasilnya tujuh karya Novan berjudul Menanti, Dialog, Makna, “...”, Hallo Sahabat, dan Doa yang tersaji dalam citraan monochrome hitam-putih tidak menjadi monoton.
Bahkan pada karya berjudul Putih-Hitam bahkan Abu-abu, citraan monochrome hitam-putih tetap menawarkan citraan yang kaya warna. Dengan cat hitam-putih dan turunan gradasinya, Novan cukup berhasil menerjemahkan rasa dan pikiran dalam garis-garis abstraknya sekaligus mengoptimalkan dan menghidupkan garis yang ada.
Pameran seni rupa "Tag Team" berlangsung di Kiniko Art Management-Sarang Building 2, Jalan Kalipakis RT/RW 05/II Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul hingga 15 Maret 2019.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...