Collaborative Recital Fidella Graine
SATU HARAPAN.COM – Nyiur hijau di tepi pantai siar-siur daunnya melambai. Kesyahduan lagu karya Maladi itu menyihir para hadirin dan rasa cinta Tanah Air menggetarkan ruangan konser sehingga tepuk tangan membahana di akhir Collaborative Recital Fidella Graine, Universitas Pelita Harapan (UPH) pada Sabtu (30/11) malam.
Acara yang merupakan salah satu bentuk tugas akhir mahasiswa jurusan Musik Performance UPH mendapat sambutan hangat penonton. Dengan menampilkan karya-karya pemusik terkenal, penampilan Fidella Graine (mezzo soprano) dikolaborasikan dengan Christian Lukas (baritone), Fiona Luisa (soprano), Jeanita Andrian (guitarist), Marsela Syafei (pianist), Rachman Noor (cellist), Capriccioso Children Choir, dan GKI Kota Modern Choir.
Penampilan para pemain muda dengan pengalaman internasional ini memukau penonton baik dari kalangan mahasiswa maupun umum yang memenuhi ruangan konser. Fidella Graine, yang mendapat silver medal pada lomba solo Hongkong International Youth Choir Festival 2008, adalah vokalis di bawah bimbingan Binu D.Sukarman, yang telah mengikuti master class vokal oleh Jennifer Tham, Emily Perkins, Ji Yeun Jeung, Fabio Andreotti, dan Christopher Shelt. Demikian juga dengan para pendukung lainnya.
Fiona Luisa adalah anggota Batavia Madrigal Singers (BMS) yang aktif mengikuti berbagai kompetisi seperti 58th Guido d’Arezzo Polyphonic Competition 2010 di Italia, International Habaneras & Polyphony Competition 2011 di Spanyol, 25th European Grand Prix for Choral Singing 2013 di Italia. Christian Lukas, yang juga anggota UPH Choir di bawah pimpinan Bapak Tutu Sukendro, telah lulus ABRSM Royal Singing Exam grade 8 dengan predikat distinction.
Resital yang dibagi dalam 2 sesi, diawali dengan penampilan Fidella Graine dan Fiona Luisa dalam karya Felix Mendelsohn (1809-1847) berjudul Grub, yang berarti salam, salam ini ditujukan pengarangnya untuk kekasihnya yang jauh agar di mana pun berada salam ini menyertainya. Dilanjutkan dengan penampilan Fidella Graine dan Christian Lukas dalam lagu berjudul Abenlied, masih merupakan karya Felix Mendelsohn, yang dibuat berdasarkan puisi Heinrich Heine, mengisahkan tentang penglihatan seseorang yang sangat indah dan nyata dalam mimpi, sehingga setelah terbangun membuat harinya bahagia.
Penampilan selanjutnya adalah Flow my Tears karya John Dowland (1536-1626), yang dibawakan dengan iringan gitar. Dan penutup sessi 1, adalah Esurientes karya John Rutter (1945) yang dibawakan bersama dengan GKI Kota Modern Choir dan Capriccioso Children Chor. Esurientes adalah bagian dari puji-pujian Maria yang diambil dari Lukas 1:46-55, dalam tradisi gereja disebut The Magnificat. John Rutter membuat siklus Magnificat menjadi 7 lagu, esurientes adalah lagu yang ke-6. Lagu yang mengungkapkan rasa syukur Maria setelah malaikat memberitahukan bahwa ia akan menjadi ibu Mesias, kemudian Maria mengunjungi Elizabeth yang sedang mengandung Yohanes. Di rumah Elizabeth inilah Maria mengungkapkan pujian syukurnya dan ketundukannya pada kehendak Allah.
Pada sesi 2, penonton dibuat terpukau dengan penampilan mimik wajah dan koreografi pemain. Diawali dengan karya Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791), berjudul Ah Guarda Sorella!, menceritakan dua kakak beradik Fiordiliggi dan Dorabella yang sedang jatuh cinta, saling memamerkan ketampanan dan keunggulan pasangannya.
Fidella dan Fiona menyanyikan lagu ini dengan wajah sumringah, tersenyum, dan saling melirik memerankan kakak beradik yang sedang membandingkan pasangannya. Dalam lagu Auf dem Storm karangan Fanz Schubert (1797-1828) diiringi cello oleh Rachman Noor, dengan penuh penghayatan Fidella menggambarkan kesedihan perpisahan seorang kekasih dengan pasangannya di atas perahu, namun dalam perjalanannya Sang Kekasih melihat bintang yang menenangkannya. Dan lewat perubahan nada menjadi mayor, lagu ini menggambarkan harapan Sang Kekasih untuk berjumpa kembali.
Sambutan meriah diberikan penonton pada penampilan Fidella dan Christian dalam Lippen Schweigen karangan Franz Lehar (1870-1948), lagu yang diambil dari operetta Die Laustige Witwe, secara garis besar menceritakan seorang janda bernama Hanna, yang suaminya meninggal mewariskan harta yang banyak, sebelum meninggal suaminya berpesan agar Hanna mencari penggantinya. Banyak pria mendekatinya tapi hanya mengincar hartanya, sampai akhirnya Hanna berjumpa dengan Danilo, sekretaris kerajaan yang sungguh-sungguh mencintainya. Fidela dan Christian berdansa dalam lagu ini, diakhiri dengan kecupan tangan dan Christian yang bersimpuh dengan satu kaki menggambarkan pria yang melamar pasangannya.
Suatu kebanggaan bagi Indonesia memiliki anak-anak muda berbakat dengan talenta yang tinggi di bidang musik. Audrey, salah satu penonton SMA mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan ”merinding” saat resital berlangsung. Yeanny, seorang Ibu yang mengantarkan anaknya, berkomentar, ”Keren sekali, terutama Nyiur Hijau.”
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...