“Colour in Faith”, Melawan Teror dengan Cinta Kasih
KENYA, SATUHARAPAN.COM - Beberapa masjid dan gereja di Kenya mempunyai tampilan baru yang menyegarkan. Itu adalah bagian dari proyek inisiatif antara umat beragama yang ingin menyuarakan tentang hidup damai dalam keberagaman.
Proyek inisiatif ini bernama Colour in Faith, digagas oleh seorang seniman Yazmany Arboleda yang membantu orang Muslim dan Kristen mengecat rumah ibadah mereka menjadi kuning mengkilau. Dengan sebuah tindakan sederhana itu mereka harap pesan tentang cinta dan kerja sama yang mereka coba sebarkan itu sampai.
“Salah satu roh jiwa seni kami adalah melalui kerja sama, mengecat dinding bersama dengan orang-orang yang berbeda keyakinan satu sama lain. Ini akan menjadi salah satu jembatan pemahaman,” kata Arboleda.
Kenya telah mengalami tahun-tahun ketegangan yang dipicu oleh isu agama terutama antara populasinya yang mayoritas Kristen dengan minoritas Muslim. Ketegangan ini telah diperpanas dengan munculnya kelompok militan Islam al-Shabab.
Menurut data dari CIA, 83 persen dari populasi Kenya bergama Kristen sedangkan yang Islam hanya 11 persen.
Sejauh ini, sudah dua gereja dan satu masjid yang mengikuti gerakan Colour in Faith dan tiga rumah peribadatan lainnya yang masih dalam proses pengerjaan.
"Seringkali orang-orang yang berlalu-lalang ketika kami sedang melakukan proses pengerjaan proyek terheran-heran, kenapa komunitas yang mungkin beda paham keyakinan dengan mereka mau melakukan itu semua," kata Arboleda dalam surelnya kepada HuffPost.
Arboleda dan tim senimannya telah menamakan warna pilihan mereka dengan nama “kuning opitimis” yang mewakili “sukacita, kebahagiaan, kecerdasan dan energi,” katanya. “Kuning menghasilkan efek yang menghangatkan, membangkitkan keceriaan, dan merangsang aktivitas mental.”
Colour in Faith merupakan bagian dari lanjutan kerja sama antara Arboleda dengan pakar keterlibatan masyarakat, Nabila Alibhai. Awal kerja sama mereka dimulai di Kabul, Afghanistan pada tahun 2013 di mana mereka bekerja sama dengan para seniman lokal dan aktivis untuk memberikan balon pink kepada 10.000 orang di kota. Proyek ini memancing murka Taliban dan menyebutnya sebagai “perang terhadap nilai-nilai agama kami.”
Arboleda dan Alibhai melanjutkan untuk mendirikan sebuah komunitas seni dan organisasi kemasyarakatan inCommons, komunitas ini juga yang mensponsori proyek Colour in Faith.
“Aksi teror yang tejadi di negara ini (Kenya) memicu peningkatan radikalisasi dan manipulasi agama untuk kepentingan politik apalagi mendekati pemilihan presiden pada tahun 2017,” kata Alibhai.
“Proyek Colour in Faith memberikan kesempatan kepada masyarakat biasa yang memiliki iman dalam keseragaman dan percaya cinta kasih mampu melawan teror yang dilakukan atas nama mereka (agama),” sambungnya.
Arboleda menekankan bahwa proyek ini dapat direplikasikan di mana saja di dunia, khususnya di tempat di mana orang merindukan untuk merayakan keragaman dan perbedaan agama dengan cara yang terlihat.
“Jika ada kelompok masyarakat yang tertarik mengecat kuning rumah ibadah mereka atas nama cinta kasih, kami senang untuk mendukung proses mereka!” kata Arboleda. (huffingpost)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Maluku Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Balai Bahasa Provinsi Maluku menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tah...